Meski bukan dikenal sebagai daerah penghasil durian, Kabupaten Gresik kini memiliki kebun durian unggulan berkat usaha keras Tutik Ifadah, warga Desa Sumurber, Kecamatan Panceng. Perempuan ini berhasil mengubah lahan dataran rendah seluas 400 meter persegi di Desa Lowayu, Kecamatan Dukun, menjadi kebun durian dengan 70-80 pohon berbagai jenis, seperti montong, bawur, musang king, dan duri hitam.
Ide berkebun durian ini bermula dari kegagalan Tutik dalam menanam jagung akibat serangan hama tikus. “Awalnya saya menanam jagung, tapi gagal karena hama tikus. Saya pun berpikir, usaha berkebun apa yang tidak terkena hama tikus. Akhirnya, saya mencoba berkebun durian,” ujar Tutik.
![Kebun durian sumurber](https://www.kabargresik.com/wp-content/uploads/2025/02/WhatsApp-Image-2025-02-07-at-17.41.21.jpeg)
Selama delapan tahun terakhir, Tutik tekun mengembangkan kebun duriannya. Namun, tantangan tidaklah kecil. Lahan dataran rendah yang digunakan kurang ideal untuk durian, tanaman yang biasanya tumbuh subur di dataran tinggi. “Tantangan terbesar adalah ketersediaan air. Durian butuh penyiraman teratur dan air yang pas. Saya juga masih menggunakan teknik penanaman alami,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
![ads](https://www.kabargresik.com/wp-content/uploads/2024/12/iklan-jual-rumah_480X600.jpg)
SCROLL TO RESUME CONTENT
Meski demikian, usaha Tutik mulai menunjukan hasil. Durian-durian dari kebunnya kini banyak diminati warga sekitar, bahkan pembeli dari luar daerah seperti Tuban. “Penjualan masih di sekitar Lowayu, tapi ada juga yang datang langsung ke kebun untuk memilih durian,” kata Tutik.
Wawan, pembeli asal Tuban, mengaku sengaja datang jauh-jauh untuk membeli durian di kebun Tutik. “Durian di sini fresh, langsung dari pohon, dan kualitasnya terjamin,” ujarnya.
Harga durian di kebun ini bervariasi, tergantung jenisnya. Durian duri hitam menjadi yang termahal, sedangkan montong adalah yang termurah. Pembeli bisa memilih langsung dan membawa pulang durian yang diinginkan.
Penulis : Daniel Andayawan
Editor : Tiko