Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah –radhiyallahu ‘anhu– dan menjadi salah satu hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslim serta dipilih oleh Imam al-Nawawi dalam kitabnya yang populer sebagai “Arba’in Nawawi”.
Pada pembahasan ini, hadits yang cukup panjang ini diterjemahkan setiap kalimat agar lebih mudah dipahami.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قال, قال رسول الله صلى الله عليه وسلم قَالَ :
Dari Abu Hurairah -radhiyallahu ‘anhu– berkata, Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam– bersabda :
مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنيَا نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ اْلقِيَامَةِ
Wasiat Pertama
Barangsiapa yang melepaskan salah satu dari kesulitan-kesulitan (meringankan beban) dunia seorang mukmin lain, maka Allah akan melepaskan salah satu dari kesulitan-kesulitannya di hari kiamat.
وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعَسِّرٍ يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِيْ الدُّنْيَا وَالآَخِرَةِ
Wasiat Kedua
Dan barangsiapa yang mempermudah urusan orang lain yang sedang kesulitan, maka Allah akan memudahkan urusanya di dunia dan akhirat.
وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمَاً سَتَرَهُ اللهُ فِيْ الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ
Wasiat Ketiga
Barangsiapa yang menutup aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat.
وَاللهُ فِيْ عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيْهِ
Wasiat Keempat
Dan Allah akan menolong seorang hamba-Nya selama orang itu menolong saudaranya.
وَمَنْ سَلَكَ طَريقَاً يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْماً سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيْقاً إِلَى الْجَنَّةِ
Wasiat Kelima
Dan barangsiapa yang menempuh jalan menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan jalannya menuju surga.
وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوْتِ اللهِ يَتْلُوْنَ كِتَابَ اللهِ وَيتَدَارَسُوْنَهَ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِيْنَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيْمَنْ عِنْدَهُ،
Wasiat Keenam
Dan tidaklah sekelompok orang (kaum) berkumpul di salah satu rumah Allah (masjid) dimana mereka membaca Al-Qur’an, dan saling mempelajarinya (mendiskusikannya) kecuali turun kepada mereka rasa tenang dan diliputi dengan rahmat dan dinaungi para malaikat dan disebut-sebut oleh Allah di hadapan para makhluk di sisi-Nya.
وَمَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بهِ نَسَبُهُ .رَوَاهُ مُسْلِمٌ بِهَذَا اللَّفْظِ.
Wasiat Ketujuh
Barangsiapa yang lambat dalam beramal, garis nasab (keluarganya) tidak dapat membantunya. Diriwayatkan oleh Muslim dengan lafadz seperti ini.
Penjelasan Singkat
Wasiat pertama hingga keempat bernilai perbuatan baik yang sifatnya sosial, antara satu orang dengan orang lain. Amalan ini membuat seorang muslim mulia di sisi Allah dan sesama manusia.
Wasiat kelima dan keenam merupakan keutamaan menuntut ilmu, termasuk kegiatan yang berkaitan dengannya : belajar, diskusi dan berbagi wawasan. Sekalipun bertujuan mengembangkan keilmuan personal, amalan ini masih berkaitan dengan sosial yang bernilai intelektual.
Menuntut ilmu sekalipun tampaknya amal yang sifatnya personal, pada prakteknya mempelajari ilmu tetap membutuhkan orang lain untuk konsultasi dan diskusi. Maka dalam mempelajari ilmu tetap ada interaksi sosial dan berbagi ilmu, wawasan, dan menambah pemahaman baru.
Sedangkan wasiat ketujuh atau terakhir adalah perlunya seorang muslim untuk bergegas dalam beramal baik dan tidak bermalas-malasan. Baik amalan itu personal atau sosial seperti wasiat-wasiat sebelumnya.
Sumber berita ini dari girimu.com