Desa Tanjungori merupakan Desa Terbaik Kabupaten Gresik tahun 2012. Sukses desa tersebut tentu tak luput dari Kiprah Ilham Syifa Alumni Magister UGM selaku kepala desa Tanjungori.
Syifa beserta isterinya, Faizah Komala yang Alumni Fakultas Kedokteran Yarsi, Jakarta sejak dilantik menjadi Kades sejak tahun 2008 ini mampu mengubah desa Tanjungori yang ada jauh di Kepulauan menjadi desa terbaik.
Setidaknya desa ini sudah menyisihkan ratusan desa lain yang ada di Gresik daratan.
Kendati tak meraih juara di tingkat Jawa Timur, namun desa Tanjungori sudah membuktikan bahwa prestasi tak harus dari fasilitas yang berlebih. Dengan fasilitas yang minimalis kalaupun mau dan bersemangat pasti bisa. Hal ini disampaikan oleh Kepala Kantor Pemberdayaan Masyarakat Gresik, Indah Sofiana melalui kabag Humas, Jum’at (21/9).
Menurut Indah, Banyak sekali perkembangan desa tersebut pada 3 tahun terakhir. Dari tingkat pendidikan misalnya, di desa tersebut saat ini banyak sekali tumbuh semacam lembaga bimbingan belajar, semacam kursus bahasa Inggris, informatika, mata pelajaran dan ada juga kursus ketrampilan. Disana juga dikembangkan tanaman obat keluarga (toga) untuk pemanfaatan pekarangan.
“Toga ini penting, karena desa yang dipisahkan oleh bentangan laut sejauh 80 mil serta memakan perjalanan selama 1 jam dari pelabuhan di Sangkapura, maka keberadaan tanaman obat menjadi sangat dibutuhkan. Meski demikian, peran isteri kades yang juga seorang dokter ini, sangat membantu masyarakat dibidang pelayanan kesehatan”. Ujar Indah.
Atas prestasinya meraih Desa terbaik tingkat Kabupaten Gresik Kades Tanjungori, Ilham Syifa mengaku bangga. Namun dia masih berharap banyak dengan beroperasinya Lapangan Terbang (lapter) Bawean akan semakin memajukan masyarakat desanya. Lulusan magister Fisip UGM ini mengatakan. Saat ini sudah mulai tampak kunjungan masyarakat luar Bawean ke Desa Tanjungori. Desa yang berpanorama indah ini dikelilingi pantai.
Tentu saja kunjungan masyarakat ke Tanjungori terutama masyarakat luar Bawean akan menambah pendapatan masyarakat setempat yang kebanyakan Nelayan. Sebut saja Badrus Saleh (46), Nelayan setempat yang biasanya selalu mengeringkan hasil tangkapannya dan kadang hanya menjual ikan hasil tangkapannya dengan harga murah. Ternyata saat ada kunjungan orang luar Bawean, Badrus Saleh mampu mendapat uang Rp. 100 ribu. “biasanya baling banyak hanya Rp. 40 ribu” akunya seperti yang disampaikan oleh Ilham Syifa .
Keberuntungan tak hanya diraih Badrus Saleh, Siti Mahnuchah juga menyatakan untung, isteri nelayan yang biasanya hanya menunggu kedatangan suami yang sedanfg melaut, kini seakan punya pekerjaan. Dia mengaku bisa menjual minuman ringan dan cendera mata tikar pandan kepada pengunjung pantai. “kalau Lapter jadi pasti akan banyak yang datang”harapnya. (sdm)
Editor: Sutikhon