Girimu.com- Ahad (11/2/2024), bertempat di Cafe Dayyan yang masuk kedalam area cagar budaya Bandar Grissee Jln Basuki Rahmat Gresik Jawa Timur, berlangsung forum diskusi dan silahturahmi antara pegiat seni dan budaya Kab. Gresik bersama Lembaga Seni Budaya dan Olahraga (LSBO) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Gresik dengan wakil ketua lembaga seni budaya dan olahraga (LSBO) pimpinan pusat (PP) Muhammadiyah Kyai Kusen SAg MA PhD (Baca Kyai Cepu).
Forum diskusi yang juga dihadiri oleh Sekretaris PDM Kab Gresik Yusuf Diachmad Sabri ST MBA ini berlangsung gayeng dan interaktif, berbagai materi dan isu isu yang berkaitan tentang kebudayaan di kupas tuntas di acara yang bertemakan “Arah Baru Kebudayaan Muhammadiyah”
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kyai Cepu, sapaan akrabnya, dihadapan 30 orang audiens mengatakan “Budaya (peradaban) merupakan hasil kreativitas pemikiran manusia, Sehingga pada dasarnya agama dan budaya tidak bisa di pisahkan begitu saja”.
“Contohnya, dalam melaksanakan shalat, kita wajib menutup aurat, zaman dahulu menutup aurat dapat di interpretasikan menggunakan segala sesuatu yang dapat menutupi aurat. Entah itu daun, kulit tumbuhan atau plastik. Namun berkembang nya waktu sampai saat ini untuk menutup aurat dipilihlah untuk menggunakan kain dalam bentuk baju, sarung, dan mukena inilah yang dinamakan budaya pakaian”. Jelasnya
“Lagi, orang berhaji ke Mekkah pada awal nya naik perahu karena memakan waktu berbulan bulan, kemudian terciptanya kapal laut kemudian lahir nya pesawat, sehingga sekarang, jamaah haji dari Indonesia menggunakan pesawat untuk mempersingkat waktu inilah yang dinamakan budaya transportasi”. Lanjutnya
“Terakhir, aqiqoh, ketika zaman Rosullullah di tanah arab bentuk aqiqoh bukan seperti itu, awalnya hewan di sembelih kemudian darah nya di oleskan di kepala si anak. Kemudian Islam masuk dibawa oleh Rosullullah, beliau memberikan tuntunan sesuai syariah dengan tetap mempertahankan bentuk kegiatannya (budayanya) namun mengubah isi nya sesuai syariat Islam sehingga ini dinamakan mengislamisasikan atau disakralisasi bisa dikatakan Rosullullah menyebarkan agama Islam melalui budaya yang sudah ada dimasyarakat.” Terangnya
“Sehingga arah baru kebudayaan Muhammadiyah yaitu Memperkuat dan memperluas dakwah Muhammadiyah di akar rumput. Dakwah tidak boleh melukai perasaan atau hati orang lain, Hormati tetangga dan menyenangkan tetangga adalah salah satu bentuk iman.” Ujarnya
Menurut Kyai Cepu, penting membedakan antara gerakan fiqih dan gerakan dakwah. Arah baru gerakan dakwah muhammadiyah mestilah menyentuh akar rumput sampai pada masyarakat bawah. Dengan pola yang lebih lentur dan pelan pelan sesuai contoh dari Nabi Muhammad.
Diskusi semakin menarik ketika Dewi Musdalifah, sang moderator membuka forum tanya jawab dengan audiens
Abizar purnama, seorang pegiat seni ludruk mengatakan terinspirasi dari Muktamar 2005 Muhammadiyah perlu mempertajam gerakan Muhammadiyah di akar rumput dan perlu nya mengakulturasi budaya dan seni untuk keislaman kesenian tradisi rakyat sehingga misi dakwah Muhammadiyah dapat tercapai
Pun dengan Juwanto, pegiat dakwah komunitas ini meminta pemahaman beserta buku pedoman sebagai petunjuk dakwah Muhammadiyah dilevel bawah.
Tak terasa diskusi yang berlangsung hampir 120 menit ini memberikan tambahan wawasan beserta informasi tentang dakwah melalui kebudayaan dan kesenian. Di akhir acara diskusi, kyai Cepu diajak berkeliling wilayah bandar grisse sebagai pusat kebudayaan dan penyebaran agama Islam di wilayah Gresik masa lampau. (*)
Kontributor: Bening Satria Prawita Diharja