Girimu.com — Jumat, 16 Agustus 2024 merupakan hari kebersamaan jenjang kelas 1, 2, dan 3 SD Muhammadiyah Manyar (SDMM) Gresik dalam merayakan HUT ke-79 Kemerdekaan Republik Indonesia (RI). Pasalnya, estafet gotong royong dilakukan secara bersama oleh jenjang yang disebut dengan nama beken-nya Jirolu yang artinya siji, loro, telu dalam bahasa Jawa.
Ketiga jenjang tersebut tidak bertanding, namun mengusung semangat kerja sama dengan membagi 256 siswa ketiga kelas itu menjadi 9 kelompok. Tentu saja ini menjadi kelompok yang sangat besar, karena satu kelompok bisa terdiri atas 28 hingga 29 siswa dari jejang kelas 1, 2 dan 3. Semangat kolaborasi ini dibangun demi terciptanya profil Pelajar Pancasila dimensi gotong royong.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sri Isna Wardhani, Ketua Jenjang Kelas 3, berharap, nantinya kakak kelas 3 bisa mengayomi adik kelasnya dan bisa menjaga semangat sportivitasnya. Sementara adik kelas bisa belajar menjadi lebih tangguh dari kakak kelasnya.
Ida Poerwaningrum, dari jenjang kelas 1 mengatakan, pihaknya sudah menyiapkan 9 guru pendamping kelompok untuk bisa mengarahkan teknis dan taktik anak–anak dalam estafet gotong royong. Ke-9 guru pendamping kelompok tersebut, yakni: Ustadzah Putri, Ustadzah Rere, Ustadzah Fiya, Ustadzah Wanda, Ustadzah Ria, Ustadzah Nita, Ustadzah Ida, Ustadzah Heyma, dan Ustadzah Indah. Sealin itu, ada beberapa ustadzah lainnya yang turut membantu kelancaran lomba estafet gotong royong ini.
Ida, peraih juara III sekolah mendongeng kabupaten Gresik ini menuturkan, lomba kali ini seru sekali karena dalam satu kelompok tidak hanya terdiri atas siswa yang berasal dari jenjang yang berbeda, namun juga beberapa siswa berkebutuhan khusus juga ikut serta. Estafet gotong royong dimulai dengan lomba Jambol pada putaran pertamanya. Jambol, yakni lomba memasukkan bola ke dalam lubang kardus yang telah disususun secara zig zag. Kardus Jambol dipegang oleh 8 hingga 9 siswa secara bersama–sama. Tantangan terbesar Jambol, yakni lintasan zig zag-nya yang membuat siswa berteriak kencang karena gemas bola kecilnya tak kunjung masuk juga.
Aku gemas sekali bolanya tidak mau masuk, terus menggelinding dan jatuh,” ujar Muhammad El Nazril, siswa kelas 2 Leica. kesal.
Pada putaran kedua, dilanjutkan dengan sunggi tempeh. Sunggi tempeh dilakukan oleh perwakilan satu siswa dari masing–masing kelompok. Putaran kali ini kebanyakan siswa kelas 3 yang diandalkan untuk melakukannya.
Sementara pada putaran ketiga, diisi dengan estafet sumpit gelas. Estafet ini dilakukan oleh –9 siswa yang tiap siswanya membawa sumpit. Sumpit dipergunakan untuk memindahkan gelas. Tim yang dapat memindahkan gelas lebih cepat dia dapat melanjutkan ke putaran estafet selanjutnya.
Putaran terakhir ditutup dengan lomba memasukkan sumpit ke dalam botol. Tentu saja putaran terakhir ini menjadi penentu dari kemenangan tim. Terdapat 8 hingga 9 siswa yang bertugas memegang tali yang di tengahnya sudah diberi sumpit untuk bisa dimasukkan ke dalam botol secara bersama–sama. Putaran terakhir ini membutuhkan konsentrasi, ketenangan, dan kesabaran untuk memenangkannya.
Lomba Hari Kemerdekaan kali ini tak hanya untuk memperebutkan gelar juara, tetapi lebih kepada pembentukan karakter gotong royong dari background jenjang dan karakter yang berbeda–beda. Kakak kelas 3 bisa mengayomi adik kelasnya. Sementara adik kelas 2 dan 1 bisa diajak berkerja sama. Seperti semboyan negara Bhinneka Tunggal Ika yang artinya: berbeda–beda, namun tetap satu jua. (*)
Kontributor: Nur Aini Ochtafiya