Sarung kerap kali dijadikan simbol santri tidak terkecuali pada peringatan hari santri 2024. Di beberapa tempat bahkan mewajibkan peserta upacara menggunakan sarung sebagai pakaian khusus saat mengikuti upacara hari santri.
Upacara peringatan hari santri di kabupaten Gresik dipusatkan di alun-alun sidayu, Selasa (22/ 10 /2024).
Peserta upacara bahkan inspektur upacara Plt Bupati Gresik Aminatun Habibah ( Bu Min) juga memakai sarung.
Namun apakah dengan banyaknya orang memakai sarung pada hari santri berbanding lurus dengan kenaikan omset penjualan sarung tradisional di kabupaten Gresik.
Ketua sentra tenun wedani Mas Aryatin menyayangkan tidak adanya kenaikan omset saat peringatan hari santri.
Menurut aryatin omset yang ada pada bulan Oktober ini tidak ada kenaikan yang signifikan bahkan dia meyakini tidak ada hubungan secara simbiosis antara bisnis sarung dengan hari santri.
“Saya heran pada saat hari santri banyak orang memakai sarung namun kenapa sarung lokal seperti di desa wedani ini tidak terpengaruh sedikitpun omsetnya, jadi omset yang ada ya sama dengan tidak adanya peringatan hari santri,” ujar aryatin.
Aryatin menduga beberapa pejabat pada saat memperingati hari santri dia menggunakan sarung yang lama atau dia membeli sarung printing sehingga adanya hari yang bersejarah itu tidak berefek secara ekonomi bagi pengusaha sarung songket yang ada di Gresik.
“Sebenarnya Pemda Gresik bisa mendorong kepada instansi-instansi untuk bisa menggunakan produk sarung lokal pada saat hari santri, sehingga momen yang bersejarah ini berdampak secara ekonomi bagi pengusaha lokal seperti sarung yang ada di desa wedani ini,” pinta Aryatin.
Hal yang sama juga disampaikan M Gofar pengusaha sarung dari desa Jogodalu kecamatan Benjeng Gresik. Menurut Gofar hari santri kali ini tidak begitu terasa signifikan dengan kenaikan omset sarung yang dia produksi.
“Sepertinya tidak ada pengaruh antara hari santri dengan omset sarung yang kita produksi beberapa bulan ini omsetnya tetap flat bahkan cenderung menurun,” ujar Gofar saat dihubungi melalui hubungan telepon.
Keinginan Gofar sama dengan keinginan Aryatin, mereka berharap pada saat momen-momen bersejarah seperti hari santri atau hari ulang tahun kota Gresik yang banyak menggunakan pakaian-pakaian tradisi Gresik dan itu adalah sarung secara otomatis omset sarung lokal bisa terkerek naik.
Sarung khas Gresik memang sudah banyak dikenal di dunia luar bahkan beberapa orang di luar negeri menggunakan sarung khas Gresik tersebut sebagai sebuah kebanggaan.
Menurut Aryatin ada motif yang berbeda dari sarung-sarung yang ada di nusantara ini. Sarung khas Gresik mempunyai motif hayati.
“Sarung khas Gresik itu unik kecenderungannya motif-motif hayati bukan hewani hal ini memang terpengaruh dari budaya Islam yang ada di Gresik, beberapa tokoh agama Islam yang ada di Gresik meyakini bahwa motif-motif hewani itu tidak sepatutnya digunakan untuk pakaian beribadah.” Jelas Aryatin.
Menurut Aryatin sarung handmade memang lebih mahal dari sarung printing karena proses produksinya memang lama dan lebih ribet.
“Untuk produksi 1 sarung songket yang baik bisa memakan waktu hingga 4 hari dan harganya pun lumayan antara 2 juta hingga 3 juta rupiah” terang Aryatin yang kini juga aktif di KNPI kabupaten Gresik.
Harga sarung tradisional songket buatan lokal Gresik antara 250 ribu hingga 3 juta rupiah. Sehingga tidak semua orang memiliki sarung songket buatan lokal Gresik.
Warga Gresik masih banyak punya kecenderungan untuk menggunakan sarung printing dengan harga yang murah.
Walaupun di beberapa daerah di Gresik warga lokalnya lebih suka mengkoleksi sarung tenun dengan harga puluhan juta daripada mengoleksi kendaraan yang mahal. Terutama orang-orang yang berada pada wilayah industri perikanan tambak, mereka menggunakan sarung dengan harga puluhan juta bahkan untuk digunakan sehari-hari pada saat berada di tambak. Seperti di daerah kecamatan Manyar, Duduksampeyan Bunga dan Sidayu. (tik)