Girimu.com – Kajian ba’da sholt Subuh yang berlangsung di Masjid At-Taqwa Giri, Kebomas, Gresik, Jawa Timur, Sabtu (2/11/2024) berlangsung dengan penuh hidmat. Para jamaah yang memadati masjid di kawasan Perguruan Muhammadiyah Giri, Kebomas itu dengan antusias mengikuti kajian yang menghadirkan Ustadz Subhan Syarif sebagai penceramah.
Kajian makin menarik bagi jamaah, karena penyampaian yang komunikatif dengan bahasa campuran, yakni Bahasa Jawa dan Indonesia. Apalagi, dalam tausyiyah-nya Ustadz Subhan Syarif juga banyak berkisah pengalamannya berdakwa di kawasan pedalaman Sulawesi selama belasan tahun. Demikian juga ketika kali pertama ia masuk di Desa Balung Tunjung, Kecamatan Benjeng, Gresik yang waktu itu hampier 100 persen tidak ada umat Muslimnya.
“Alhamdulillah, di Balung Tunjung sekarang sudah ada masjid untuk pengembangan dakwah. Penduduknya sekitar 60 persen sekarang juga sudah Muslim. Kalau ingat dulu saat awal-awal berdakwah, saya sangat bersyukur, karena dulu nyaris tidak ada yang Muslim,” ungkap Ustadz Subhan Syarif.
Dalam kajian yang diselenggarakan oleh Majelis Tabligh Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Kebomas itu disampaikan, betapa pentingnya jabatan, kekuasaan, atau profesi yang secara langsung bersentuhan dengan kepentingan masyarakat. Ia juga mengingatkan agar umat atau masyarakat tidak perlu larut dengan masalah-masalah yang sebenarnya tidak esensial , sehingga terlena dengan masalah-masalah prinsip yang efeknya langsung dirasakan masyarakat.
“Tidak perlulah kita larut dan terlibat dengan masalah-masalah kecil, semisal terkait ikhtilaf yang biasanya ada perbedaan pandangan dalam suatu masalah. Banyak hal yang lebih besar dan produktif untuk kita lakukan,” tandasnya.
Ia kembali mengingatkan betapa jabatan atau kekuasaan itu penting bagi umat Islam untuk pengembangan dakwah. Dicontohkan, kawasan prostitusi di Surabaya yang sempat menjadi yang terbesar di Asia Tenggara, yakni Dolly. Puluhan tahun kawasan itu didemo oleh berbagai elemen masyarakat agar ditutup, hasilnya nyaris tidak ada dan tetap eksis.
“Tetapi, hanya dengan selembar kertas yang di situ ada tanda tangan wali kota untuk ditutup, ya tutup. Begitu juga Alexis di Jakarta, masio didemo bolak-balik (meski berkali-kali didemo, red) ya tetap beroperasi. Tapi, ketika gubernurnya tanda tangan yang menyatakan ditutup, ya tutup beneran,” kisahnya.
Berbekal fakta tersebut ia mendorong agar umat Islam tidak ragu-ragu untuk ikut memasuki posisi-posisi penting di pemerintahan atau profesi yang kinerjanya berdampak langsung ke masyarakat. Ditegaskan, jika amanah dalam menjalani jabatan atau profesi, hal itu bisa jadi jalan ibadah dan dakwah yang efektif.
“Jadi, dakwah itu tidak hanya di atas mimbar, tapi bisa turun langsung ke masyarakat. Mau jadi pejabat pemerintahan, jadi bidan, dokter atau profesi lain yang banyak bersentuhan dengan masyarakat, manfaatkan itu untuk jalan dakwah,” ujarnya.
Sementara Ketua PCM Kebomas, Samsul Muslimin, mengungkapkan, saat ini sudah selayaknya masyarakat, khususnya warga Muhammadiyah, tidak lagi larut dalam masalah-masalah yang justru memicu gesekan horizontal dan memecah kerukunan dan persatuan. Ia mengingatkan itu, karena di era kuatnya dampak media sosial (medsos), jika tak bijak dalam bersikap, berpeluang menimbulkan gesekan soial.
“Di grup-grup medsos, contohnya, jangan terlalu responsif terhadap masalah yang belum jelas sumber dan kebenarannya. Medsos memang bisa jadi jariyah kebaikan jika yang kita sebarkan itu benar dan bermanfaat. Tapi, juga bisa jadi jariyah dosa jika ternyata itu hoaks dan bahkan bikin fitnah. Karena itu, kita mesti bijak dalam menyikapi permasalahan,” ujar Samsul. (har)