Penyintas erupsi Semeru banyak yang mengalami stres dan ketakutan, sehingga mereka banyak yang tidak mau lagi kembali ke kampungnya, disamping rumah dan harta bendanya terendam lumpur, mereka berkeinginan untuk direlokasi. Namun apakah para penyintas erupsi Semeru ini perlu trauma healing, berikut pendapat psikolog.
Dosen universitas Muhammadiyah Gresik (UMG) Ima Fitri Sholichah, memberikan arahan bahwa trauma healing dilakukan saat peristiwa traumatis itu cukup intens dan mengganggu.
“Namun perlu mempertimbangkan kondusif atau tidak dilakukan trauma healing. Alangkah baiknya kita cek dahulu kesiapan korban dan relawan, cek juga kondisi lingkungan sekitar bagaimana apakah kondusif atau tidak untuk dilakukannya trauma healing terutama kenyamanan tempat, suasana, situasi” terang Ima.
Trauma healing yang bisa dilakukan sebenarnya pertolongan psikologis awal, psychological first aid.
“Sebelum kita menentukan korban bencana alam trauma atau tidak, kita harus beri pertolongan pertama dulu. Sama halnya saat melihat korban kecelakaan, sebelum kita tahu dia patah tulang atau tidak, setidaknya kita mengamankan korban, membersihkan lukanya dulu, atau apapun itu yg bisa dilakukan segera. Jadi saya lebih suka istilah pertolongan psikologis awal atau psychological first aid.” Jelas Ima.
Hal ini yg ang paling mudah diaplikasikan dengan cepat dan tidak perlu harus psikolog.
Kalau trauma healing langsung dilakukan, bisa jadi nanti bentrok dengan wewenang penanganan, kalau traumanya berat tentunya perlu psikoterapi yang hanya boleh dilakukan oleh Psikolog.
Sementara itu BNPB memperbarui data korban terdampak erupsi Gunung Semeru Lumajang. Korban meninggal karena erupsi Gunung Semeru bertambah menjadi 34 orang.
“Data korban jiwa tercatat warga luka-luka 56 jiwa, hilang 17 jiwa, dan meninggal dunia 34 jiwa, sedangkan jumlah populasi terdampak sebanyak 5.205 jiwa. Terkait dengan jumlah warga yang dinyatakan hilang dan luka, posko masih melakukan pemutakhiran data dan validasi,” kata Plt Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, dalam keterangannya, Selasa (7/12/2021).
Per pukul 12.00 WIB, jumlah warga mengungsi mengalami peningkatan menjadi 3.697 jiwa. Warga yang mengungsi sebagian besar berada di wilayah Kabupaten Lumajang, sedangkan di Kabupaten Malang hanya terdapat 24 jiwa.
Sebaran titik pengungsian di Kabupaten Lumajang berada di Kecamatan Pronojiwo dengan 9 titik berjumlah 382 jiwa, Kecamatan Candipuro 6 titik 1.136 jiwa, Kecamatan Pasirian 4 titik 563 jiwa, Kecamatan Lumajang 188 jiwa, Kecamatan Tempeh 290 jiwa, Kecamatan Sumberseko 67 jiwa, Kecamatan Sukodono 45 jiwa,” ujar Muhari.
Erupsi Gunung Semeru mengakibatkan 2.970 unit rumah terkena dampak. (Tik)