Ustadz Adi Hidayat menekankan pentingnya memilih guru yang mengajarkan ilmu dengan niat tulus dan ikhlas demi kemuliaan akhirat, bukan demi keuntungan dunia. Ilmu yang diajarkan oleh guru dengan hati yang mati tidak akan membawa berkah dan manfaat. Pesan ini menjadi pengingat bagi murid untuk memilih pengajar yang memiliki niat murni dalam menyebarkan ilmu.
Ciri Guru dengan Niat Ikhlas
Dalam memilih guru yang tepat, penting untuk memperhatikan kualitas hati mereka. Imam Hasan al-Bashri menyatakan bahwa guru dengan hati yang hidup akan menyampaikan ilmu yang bermanfaat. Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan:
Kualitas Hati Pengajar: Hati yang mati dapat menyebabkan ilmu menjadi tidak bermanfaat.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Risiko Ilmu Terhukum: Guru dengan hati mati tidak layak dijadikan panutan.
Pemahaman Kondisi Hati Pengajar: Memahami niat pengajar membantu murid dalam memilih guru yang tepat.
Masalah dalam Pendidikan Islam:
Saat ini, terdapat tantangan besar dalam pendidikan Islam, di mana beberapa pengajar lebih fokus pada keuntungan duniawi daripada tujuan akhirat. Hal ini berisiko merusak efektivitas pengajaran. Beberapa poin penting yang perlu diperhatikan:
Niat Guru Memengaruhi Kualitas Pengajaran: Guru yang mengutamakan duniawi cenderung tidak memberikan pembelajaran yang bermakna.
Evaluasi Sistem Pendidikan Islam: Perlu adanya orientasi ulang untuk memastikan pendidikan fokus pada tujuan spiritual.
Tanggung Jawab Moral Pengajar: Guru memiliki tanggung jawab besar dalam mencetak generasi penerus yang berkualitas.
Keberkahan Ilmu Bergantung pada Niat
Keberkahan ilmu sangat dipengaruhi oleh niat pengajar. Jika niatnya hanya untuk keuntungan dunia, maka dampak positif dari ilmu tersebut akan hilang. Untuk menciptakan pendidikan yang berkualitas, berikut langkah yang dapat dilakukan:
Evaluasi Metode Pengajaran: Cara mengajar yang baik dapat meningkatkan kualitas pendidikan dan spiritual siswa.
Pengajaran Berbasis Akhirat: Mengutamakan akhirat menciptakan lingkungan belajar yang penuh berkah dan positif.
Meneladani Ajaran Nabi
Seperti Membaca Surah Yasin dan mencontoh pola hidup para nabi adalah cara untuk menjaga hati tetap hidup. Nabi diutus bukan untuk mencari keuntungan materi, melainkan untuk memberikan petunjuk kepada umat. Dalam Al-Qur’an, diingatkan agar tidak mengharapkan imbalan duniawi dari ajaran yang diberikan.
Pentingnya Kesejahteraan Ulama
Kesejahteraan ulama dan pengajar menjadi faktor penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Dukungan finansial yang memadai dapat membantu pengajar fokus pada tugas mereka. Contoh dari negara-negara Timur Tengah menunjukkan bahwa ulama mendapat dukungan penuh dari negara. Di Indonesia, kerja sama dengan lembaga zakat dan dana abadi umat dapat menjadi solusi.
Menjaga Keberkahan Ilmu dalam Pengajaran
Tugas utama seorang pengajar adalah menyampaikan ilmu dengan tulus tanpa memaksakan cara tertentu kepada murid. Surah Al-Ghasyiah menjadi pengingat bahwa tugas seorang pendidik adalah mengingatkan, bukan menguasai. Agar proses belajar-mengajar berjalan dengan baik, diperlukan hubungan positif antara guru dan murid.
*Ustadz Adi Hidayat adalah seorang pendakwah dan akademisi Indonesia yang aktif di Muhammadiyah. Ia lahir pada 11 September 1984 dan menjabat sebagai Wakil Ketua I Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 2022–2027. Ia dikenal sebagai tokoh yang berpengaruh, terutama di kalangan milenial, dan mengaku merupakan produk didikan instansi pendidikan Muhammadiyah.
Editor : Akhmad Sutikhon
Sumber Berita: Waspada Ustadz Pemasang Tarif, Ilmunya Terhukum - Ustadz Adi Hidayat (youtube)