“Pembaharuan strategi dengan menggunakan data dalam memasarkan pariwisata juga harus dilakukan. Hal ini berdasarkan riset dan perhitungan yang nyata dari perkembangan pariwisata di Indonesia,” kata Dwi Marhen di Pontianak, Jumat (23/2/2024).
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Pernyataan tersebut disampaikan saat Rapat Koordinasi Pemasaran Pariwisata yang dihadiri seluruh kepala dinas Pariwisata se-Indonesia di Kalimantan Barat. Pertemuan ini dianggap sangat strategis untuk menyamakan persepsi dalam mengelola dan memasarkan pariwisata dari tiap daerah yang beragam.
Menurutnya, Rakornas Pemasaran Pariwisata yang dilaksanakan di Kalimantan Barat tahun ini merupakan yang pertama kali di Indonesia. Hal ini penting karena banyak strategi pariwisata antara daerah yang harus terintegrasi.
Ia juga menekankan perlunya pembaharuan strategi dengan menggunakan data dalam memasarkan pariwisata. Ini penting karena berdasarkan riset dan perhitungan yang nyata dari perkembangan pariwisata di Indonesia.
“Jadi misalnya, Wisatawan Nusantara tidak lagi dihitung dari jumlah orang, tetapi dari pergerakan handphone. Kami menghitung pergerakan dari satu kabupaten ke kabupaten lain, dengan minimal tinggal 6 jam di wilayah tersebut dan tidak lebih dari 3 kali. Jika lebih dari 3 kali, itu bukan wisatawan, melainkan pekerja,” katanya.
Diharapkan dengan pendekatan ini, akan terjadi perputaran uang yang lebih baik, sehingga semua pihak harus menyamakan persepsi agar persoalan kepariwisataan di Indonesia bisa diatasi secara efektif.
“Sebagai contoh, survei pada tahun 2022 menunjukkan bahwa orang datang ke Indonesia untuk berwisata karena ingin melihat keindahan alam. Namun, pada tahun 2024, minat tersebut sudah berubah, dengan yang pertama sekarang lebih tertarik pada kuliner, kedua kultur seni dan budaya, ketiga kegiatan, dan keempat baru alam. Oleh karena itu, strategi kita harus terus diperbarui agar tetap relevan dan tepat sasaran,” katanya.
sumber : ANTARA