Upaya Nurul Fajeri (46) salah seorang Perias pengantin Gresik untuk menampilkan riasan pengantin khas Gresik ternyata tidak mudah. Betapa tidak, upaya yang dilakoni sejak tahun 2009 lalu itu, ternyata masih belum semuanya mau menerima. Bahkan ada pakar rias pengantin yang menilai, riasan pengantin khas Gresik yang digali oleh Himpunan Ahli Rias Pengantin Indonesia Melati (Harpi Melati) Gresik ini kurang mewakili budaya Gresik dan terlalu glamour.
Hal ini merupakan tantangan bagi seorang Nurul Fajeri. Perias pengantin yang memulai debutnya sejak tahun 1987 menyatakan sulit kalau memaksakan riasan pyur tradisional. Sebagai Ketua Harpi Melati Gresik tentu pihakhya mempunyai alasan tersendiri terkait riasan pengantin yang diciptakan bersama teman-temannya sesama perias.”Kami juga berpikir dari sisi bisnis juga. Kalau riasan pengantin yang kami ciptakan terlalu taradisional, maka usernya tidak akan mau, untuk itu kami memberikan sentuhan modern agar terkesan mewah”. Ujarnya disela kesibukan mempersiapkan event di sanggarnya yang berada di Jalan Dr. Wahidin Sudirohusodo, Senin (7/5) .
Tentang Rias Pengantin khas Gresik ciptaannya, Ibu 2 orang anak yang menggeluti dunia rias pengantin di Gresik sejak 25 tahun ini menjelaskan. Mulanya kami mencari baju khas Gresik tempo dulu, lalu kami kreasikan dengan menyesuaikan budaya lokal dari 18 kecamatan. “Gresik tidak hanya wilayah kota, tapi meliputi 18 kecamatan yang masing-masing wilayah punya tradisi. Misalnya untuk wilayah kota, tentu beda dengan wilayah Selatan dan juga wilayah Kepulauan (Bawean)” katanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Untuk menampilkan kreasi rias pengantin yang selalu modis, memang tidak mudah. Apalagi kreasi tersebut tidak boleh lepas dari pakem dan Nilai tradisional serta mengedepankan nilai-nilai budaya lokal Gresik yang agamis. “kami sepakat bersama para perias Gresik untuk menampilkan riasan khas Gresik dimana kami harus memadukan berbagai corak budaya lokal dan budaya asing yang terkesan glamour. Misalnya Kebaya kami mengambil budaya Gresik kota, kain panjang kami mengadopsi dari Gresik Utara. Dan yang lebih penting pengantin wanita adalah memakai jilbab. Belum lagi pembuatan mahkota untuk mempelai wanita yang memasukkan unsur naga seperti lambang yang ada di Giri Kedaton “katanya.
Nurul Fajeri yang telah memimpin persatuan para perias pengantin Gresik sejak 2003 optimis, prospek untuk perias pengantin ini tak pernah surut. Meski saat ini banyak bermunculan perias-perias yunior.
Nurul Fajeri yang juga menekuni wedding organizer, membuka kursus Rias Pengantin dan memberikan materi dibeberapa seminar tentang rias pengantin menyatakan bisnisnya ini tidak pernah sepi. Bahkan dalam sehari bisa merias sampai di 3 tempat, katanya. Tentang perias yunior menurut Nurul bukan saingan, tapi lebih sebagai tantangan untuk terus berkreasi.”masing-masing punya ciri khas dan keistimewaan berbeda”. Katanya pendek. (sdm)