BANDUNGMU.COM, Jakarta — Menteri Agama Nasaruddin Umar menyampaikan bahwa Indonesia memiliki potensi besar yang sangat bernilai bagi masyarakat dunia, yakni kerukunan umat beragama. Pernyataan ini disampaikan Nasaruddin dalam sebuah talkshow di salah satu stasiun televisi nasional. Menurutnya, kerukunan ini merupakan nilai jual unik yang dimiliki Indonesia.
“Kita adalah salah satu negara terbesar, paling plural, namun tetap stabil secara politik, bahkan perekonomian kita relatif lebih baik dibandingkan dengan negara-negara lain, termasuk negara-negara Islam. Kita juga merupakan negara dengan populasi Muslim terbesar kedua di dunia setelah Pakistan,” jelas Nasaruddin di Jakarta, seperti yang diungkapkan melalui situs resmi Kementerian Agama pada Jumat (01/11/2024).
“Potensi ini belum banyak dipromosikan. Kita sebenarnya menjadi kontributor penting dalam menunjukkan stabilitas dengan pola hidup beragama yang sangat toleran,” tambahnya.
Nasaruddin juga menjelaskan bahwa banyak tokoh dan pemimpin negara lain yang datang ke Indonesia untuk belajar mengenai cara menjaga kerukunan antarumat beragama di negara yang begitu majemuk. “Mereka ingin memahami bagaimana Indonesia, dengan banyaknya agama, budaya yang kompleks dan wilayah yang luas serta beragam, tetap mampu menjaga kekompakan,” ungkapnya.
Menteri Agama Nasaruddin juga menegaskan bahwa salah satu cermin untuk melihat wajah Indonesia adalah dalam kehidupan beragamanya. Menurutnya, keberhasilan dalam mengelola kehidupan beragama turut berperan besar dalam membangun citra positif Indonesia.
“Kita tidak bisa membangun bangsa ini tanpa situasi yang aman dan damai. Oleh karena itu, peran Kementerian Agama menjadi sangat vital,” ujarnya.
Lebih lanjut, Nasaruddin menyampaikan bahwa banyak tugas Kementerian Agama yang hasilnya tidak selalu terlihat langsung. Salah satunya adalah dalam upaya pembinaan hati umat agar selaras dengan ajaran agama yang mereka anut, sehingga tidak ada jarak antara kehidupan sehari-hari dan nilai agama.
“Semakin jauh masyarakat dari ajaran agamanya, itu berarti ada kegagalan dalam pembinaan umat. Sebaliknya, semakin dekat mereka dengan ajaran agamanya, maka pembinaan umat tersebut bisa dianggap berhasil,” lanjutnya.
Nasaruddin menjelaskan bahwa keberagamaan tidak hanya dapat diukur dari hal-hal formal, tetapi juga dari penerapan nilai filosofis yang terkandung dalam setiap agama. Oleh karena itu, penting agar tidak ada jarak antara ajaran agama dengan umatnya.
“Semakin besar jarak antara pemeluk dan ajaran agamanya, maka ada tantangan yang perlu diselesaikan. Di Kementerian Agama, kami berupaya untuk memperkecil jarak tersebut sehingga ajaran agama dan pemeluknya bisa semakin menyatu,” tegasnya.***