Girimu.com — Kali pertama menapakkan kaki di SD Unggulan Aisyiyah (SDUA) Bantul, Yogyakarta, Selasa (3/9/2024) rombongan kepala sekolah/madrasah Muhammadiyah Gresik, Jawa Timur, langsung disuguhi suasana khas Jawa yang kental. Dinding-dinding sekolah dihiasi lukisan macam-macam batik dan aksara Jawa, serta beberapa spot unik khas Yogyakarta yang menghiasi selasar kelas.
Acara kunjungan ini tidak sekadar seremonial, tapi juga sarat akan makna dan sejarah perjuangan pendidikan. Penasihat Majelis Dikdasmen dan PNF PDM Gresik Dodik Priyambada, mengawali acara dengan sambutan yang berbeda dari biasanya. Di ruang eksotik itu, ia nembang ‘Pucung’, sebuah bentuk puisi tradisional Jawa, yang menambah suasana sakral dan khidmat.
Sementara Ketua Majelis PAUD Dasmen PDA Bantul, Tutik Saptiningsih bersama Ketua PDA Bantul, Farida Ulfa Ma’rifah, menyambut rombongan dengan hangat. Dalam sambutannya, Farida menceritakan awal mula berdirinya SD Unggulan Aisyiyah (SDUA) Bantul yang tak lepas dari sejarah panjang dan tekad yang kuat.
“Berawal dari TK yang berkembang pesat, orang tua mulai khawatir tentang kelanjutan sekolah anak-anaknya. Maka, kami bertekad mendirikan SDUA ini pada tahun 2006, meski diskusinya sudah dimulai sejak 2002. Dengan modal niat, semangat, dan nekat, serta dukungan dari Muhammadiyah, akhirnya kami berhasil,” cerita Farida penuh semangat.
SDUA Bantul tidak hanya mengenalkan pendidikan formal, tetapi juga moral dan spiritual. Kepala SDUA Bantul Suwardi mengungkapkan, sekolah ini awalnya didirikan dengan hanya enam guru dan 34 siswa.
“Sekarang menghasilkan 100 prestasi tiap tahunnya. Jumlah siswa pun terus meningkat dari tahun ke tahun, dengan 716 siswa pada tahun ajaran 2024/2025, dan masih ada 224 calon siswa yang sudah inden untuk tahun ajaran berikutnya,” kata dia.
Keberhasilan ini tak lepas dari komitmen sekolah dalam memberikan pendidikan berkualitas. “Satu kelas ada dua guru sekaligus penanganan konseling, karena kami paham pentingnya kesejahteraan emosional anak,” jelas Suwardi.
Dengan usaha dan keberanian yang luar biasa, SD Unggulan Aisyiyah Bantul kini menjadi contoh sukses bagi sekolah-sekolah lain dalam memajukan pendidikan berbasis nilai-nilai keislaman dan kebudayaan lokal. “Kami dibatasi maksimal empat kelas dari Dinas Pendidikan,” ungkapnya.
Untuk menambah kesejahteraan guru dan karyawan, SDUA mempunyai dua unit usaha, yaitu SDUA Trans dan SDUA Mart. Acara dilanjutkan school tour ke semua area sekolah.
Rombongan sekolah Muhammadiyah Gresik terbagi menjadi 3 lokasi, yaitu SD Unggulan Aisyiyah Bantul, SMP Muhammadiyah Al Mujahidin Gunung Kidul, dan SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta. (*)
Kontributor: Ria Pusvita Sari