Kabargresik.com – Bencana Banjir seperti siklus yang harus dilalui warga Baron Dukun pasalnya tumah yang dia huni seharusnya direlokasi karena berbahaya, namun Pemkab Gresik Belum juga merelokasinya. Kenapa, berikut penelusuran kabargresik.com.
Seperti pengakuan Kastumi (65) warga desa Baron, ia selalu kebanjiran saat debit air bengawan solo naik dan masuk ke rumahnya. Hal ini di karenakan rumah Kastumi berada di dalam proyek tanggul bengawan Solo yang di bangun pada tahun 2008 silam.
“Kami tidak meminta bantuan apa-apa, kami cuma meminta janji pemerintah segera merelokasi rumahnya ke tempat yang lebih aman” ucap nenek tiga cucu tersebut. Sabtu (3/12/2016).
Memang proyek tanggul bengawan solo yang di bangun oleh pemerintah di tahun 2008 bisa mencegah banjir di wilayah Dukun, tetapi masih menyisakan masalah sampai sekarang yaitu belum di relokasinya 86 rumah yang pernah di janjikan pemerintah tahun 2008 silam.
Ketika di konfirmasi di kantornya, Nurul yatim kepala desa Baron membenarkan terkait warganya yang selalu kebanjiran karena terkena proyek pembangunan tanggul. ” memang benar ada 29 rumah warga kami yang belum di relokasi oleh pemerintah, karena proyek pembangunan tanggul” ucapnya.
Nurul berharap pemerintah segera melaksanakan kewajibannya untuk merelokasi rumah yang berada di dalam proyek tanggul. “kaeena sama-sama warga, dan butuh keadilan. mereka juga butuh pemukiman yang layak” tegas pria yang juga pengurus cabang GP Ansor Gresik tersebut.
Dari pantauan tim kabargresik.com terdapat 86 rumah yang berada di dalam tanggul Sungai Bengawan Solo yang belum di relokasi dan tersebar di 6 desa yaitu desa Baron 29 rumah, Mulyorejo 17 rumah, Dukuh kembar 1 rumah, Karangcangkring 3 rumah, Ndrebeng 7 rumah dan Sekar gadung 29 rumah.
Sementara itu Abu hasan Kepala BPBD Gresik berkomentar bahwa memang warga yang berada di bantaran sungai bengawan solo sudah tidak layak huni dan harus di relokasi ke tempat yang lebih baikdemi keamanan warga, rumah yang berada di bantaran sungai tidak di tempati karena sudah tidak layak huni katanya. (Akmal/k1)