Oleh: Ace Somantri*
BANDUNGMU.COM — Musim haji telah tiba, saatnya setiap bulan Zulhijah tahun hijriah umat muslim dari berbagai penjuru dunia berangsur-angsur mendatangi negara Arab Saudi atau Kerajaan Arab Saudi (KSA). Negara ini dikenal sebagai tempat bersejarah dalam peradaban manusia, terutama sebagai lokasi wahyu Ilahi disampaikan kepada para nabi. Termasuk nabi terakhir yang menerima mukjizat luar biasa berupa ajaran yang menyempurnakan ajaran-ajaran sebelumnya.
Di tempat kelahiran Nabi Muhammad SAW, teladan bagi umat manusia, terdapat sebuah lokasi yang dihormati sebagai rumah Allah SWT dan sekitarnya yang dikenal sebagai tanah suci, tepatnya di kota Makkah Al-Mukarramah. Kota ini memiliki makna mendalam bagi umat muslim di seluruh dunia, yang datang untuk menunaikan ibadah haji dan umroh, sebuah perjalanan spiritual yang membawa kebahagiaan dan kepuasan tak terhingga.
Berjubel sangat padat umat muslim memasuki Tanah Suci saat musim haji tiba. Saat musim haji tiba, umat muslim dari seluruh dunia berbondong-bondong memasuki tanah suci. Keinginan dan kemauan setiap muslim untuk berhaji menjadi dambaan yang diimpikan oleh semua. Sekitar 40 tahun yang lalu, baik secara mandiri maupun berkelompok, umat muslim yang berangkat untuk haji umumnya sudah berada di tanah Arab menjelang bulan Zulhijah, baik melalui jalur darat, laut, maupun udara.
Berbagai rangkaian ibadah dilakukan secara bertahap sesuai dengan tata cara atau kaifiat haji maupun umroh. Setiap muslim di dunia pasti merasa bahagia dan bangga dapat menunaikan ibadah haji dan umrah. Kebahagiaan yang melampaui nalar menyelimuti jiwa dan raga, air mata kebahagiaan tak terasa mengalir di pipi tanpa henti. Perasaan haru, bangga, dan bahagia yang tak tertandingi sulit diungkapkan dengan kata-kata. Begitu mengharukan pengalaman pertama kali seseorang pergi haji dan umrah.
Labbaik allahumma labbaik, labbaik laa syarikala-kalabbaik, innalhamda wanikmata laka walmulk laa syarikalak. Gemuruh suara umat manusia bertalbiah menggema dengan ketulusan dan keikhlasan hati. Tidak ada seorang pun muslim yang tidak terharu saat bertalbiah. Rasa sedih dan bahagia bercampur dalam balutan keimanan. Perasaan lemah tak berdaya di hadapan Ilahi Rabbi begitu kuat, membuat kita merasakan getaran keajaiban tanah suci yang mengunci hati kita semua, tidak ada apa pun dalam pikiran dan bayangan selain Ilahi Rabbi.
Nuansa teologi Ilahi Rabbi mencengkeram jiwa dan raga saat berada di tempat suci. Linangan air mata mengalir di pipi. Kebahagiaan dan haru tiada tandingannya saat bisa berhaji sebelum kematian tiba. Tidak peduli berapa pun harta yang harus berpindah tangan kepada orang lain demi ibadah haji dan umrah pada waktu yang tepat dan nikmat. Nilai harta yang dikeluarkan untuk haji tak sebanding dengan kebahagiaan yang didapat ketika menikmati keindahan dan ketenangan dalam beribadah di tempat-tempat yang penuh berkah.
Yaa Allah yaa Rabb. Panggilan-Mu membuat diri ini tak berdaya selain dengan kekuatan-Mu. Rasa bahagia penuh syahdu, menikmati siang dan malam di tempat-tempat penuh makna, jiwa ini berusaha merefleksi sejarah masa-masa Nabi dan Rasul-Mu. Tak terbayangkan bagaimana rasanya hidup bersama beliau, saat segala permasalahan yang terjadi pada setiap diri dan banyak orang selalu dihadapi di tengah-tengah mereka. Tidak ada satu pun yang terlewat, setiap jamaah yang berkonsultasi selalu mendapat solusi langsung dari beliau tanpa ada penundaan.
Rindu yang mendalam menghinggapi setiap muslim saat merefleksi dan membayangkan kehadiran sosok panutan yang berwibawa, santun, rendah hati, dan tulus melayani setiap umat yang datang berkeluh kesah. Siapa pun muslim yang hidup di dunia ini, meskipun tidak sejaman dengan beliau, pasti akan sangat berharap bisa bertemu, minimal melihat dan merasakan cahayanya.
Ibadah haji dan umrah, selain menjalankan ritual ta’abudi yang telah ditentukan tata cara dan bentuk kaifiatnya, juga mengandung banyak pelajaran berharga dari setiap latar sejarah pada tempat-tempat yang dikunjungi. Misalnya, sejarah Masjid Quba dan Masjid Nabawi, Ka’bah dan Masjidil Haram, Gua Hira dan Jabal Tsur. Nilai-nilai sejarah tersebut dapat dikontekstualisasikan pada era atau zaman sekarang ini.
Keistimewaan berbagai mukjizat yang diberikan kepada Rasulullah SAW masih dapat dilihat dari banyak peninggalan materi yang menjadi simbol visual akan kebenaran yang terjadi pada masa beliau hidup di dunia. Sebelum melaksanakan rukun haji dan umrah seperti Thawaf dan Sai, setiap jamaah diwajibkan bermikat untuk mengenakan ihram sesuai tempat dan waktu yang ditentukan.
Kain ihram yang berwarna putih adalah simbol kesamaan dan persamaan di hadapan Allah Ta’ala, meskipun seseorang memiliki gelar akademik setinggi langit atau harta kekayaan yang tak terbatas. Dalam keadaan ihram, yang membedakan hanyalah nilai-nilai ketakwaan di hadapan-Nya.
Ibadah haji dan umrah pada dasarnya memiliki kaifiat ibadah yang tidak terlalu berbeda jauh. Perbedaan mendasar terletak pada ketentuan waktu dan wajib haji. Namun, substansi, maksud, dan tujuannya memiliki nilai ibadah di hadapan Ilahi Rabbi. Oleh karena itu, siapa pun umat Islam yang beribadah haji maupun umrah, kembali kepada niat dan keteraturan dalam melaksanakan rangkaian tahapan ibadah secara tertib dan khusyu’.
Tidak ada nilai apapun di hadapan Allah Ta’ala jika niat hanya sekedar diucapkan tanpa kesungguhan, apalagi jika diiringi dengan pelanggaran yang bisa membatalkan atau menggugurkan ibadah haji maupun umrah. Kebahagiaan ibadah tersebut akan menjadi semu dan penuh kepalsuan sehingga pengorbanan jiwa, raga, dan harta yang dikeluarkan tidak ada gunanya dan jauh dari pahala yang seharusnya didapat.
Dapat dipastikan setiap umat Islam yang mengunjungi baitullah untuk beribadah merasakan kebanggaan dan kebahagiaan yang tiada tara. Di antara berbagai aktivitas ibadah kepada Allah Ta’ala, melaksanakan rangkaian ibadah haji dan umrah, termasuk salat wajib dan sunah di Masjidil Haram, Masjid Nabawi, dan masjid-masjid lain yang memiliki histori kenabian Rasulullah Muhammad SAW, merupakan pengalaman yang luar biasa bahagia. Kebahagiaan tersebut tidak dapat dikonversi dengan apa pun.
Bagi umat muslim yang telah merasakan suasana nyaman, tenteram, dan khusyuk beribadah di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, perasaan rindu untuk kembali selalu ada setelah mereka kembali ke negara masing-masing. Pengalaman ini begitu mengesankan, dan bagi yang belum merasakannya, silakan berniat dan berupaya untuk mengunjungi Baitullah. Insyaallah, Allah Ta’ala akan memberikan kemudahan bagi hamba-Nya yang bertekad dan berniat untuk berhaji maupun berumrah.
Bagi siapa pun yang beragama Islam, tinggal di mana pun, dan berasal dari negara apa pun, asalkan ia menjalankan ajaran Al-Quran dan sunah Rasulullah Muhammad SAW sesuai dengan ketentuan yang benar, harapan dan doa untuk segera berangkat ibadah haji dan umrah akan dikabulkan, sesuai dengan kesiapan mental dan spiritualnya. Allah Ta’ala telah memanggil setiap hamba-Nya, dan yang tersisa hanyalah menunggu antrian waktu yang tepat sesuai dengan kehendak-Nya.
Kita memahami bahwa regulasi mempengaruhi tata kelola dan manajemen ibadah haji. Oleh karena itu, tidak sedikit umat Islam yang mengalami gangguan dalam pelaksanaan ibadah haji dan umrah akibat dari ketidaktertiban sistem dan pelaksanaan yang kurang baik.
Pada musim haji tahun 2024 ini, umat muslim dari seluruh dunia berbondong-bondong memadati kota Madinah dan Makkah serta tempat-tempat suci lainnya. Gemuruh talbiah berkumandang, menggema di seluruh alam semesta dan mengetuk pintu Arasy yang tinggi di atas sana.
Tetesan air mata kebahagiaan terlihat dari para jamaah haji, yang dengan tulus dan ikhlas telah menjalani hari-hari mereka, menunggu waktu yang tepat untuk memenuhi panggilan Allah. Saat waktu itu tiba, mereka bersujud di atas bumi-Nya sebagai tanda syukur, penuh haru, bangga, dan bahagia. Lelah dan penat seolah tak terasa, karena kebahagiaan yang tak terbayangkan saat menginjakkan kaki di tanah suci Baitullah sebelum akhir hayat.
Belasan ribu jamaah dari Indonesia, dalam bulan dan hari yang sama, akan menunaikan ibadah haji secara berjamaah, mengikuti tahapan kaifiyat sesuai dengan tuntunan ajaran Islam yang sebenarnya. Ya Allah, ya Rabb, jadikanlah ibadah haji mereka sebagai haji yang mabrur dan ampunilah dosa-dosa mereka. Amin.
*Pembimbing Dago Wisata Internasional Bandung