Kabargresik_ Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mengusulkan status ‘darurat’ bencana pada bulan Februari hingga April. Kejadian yang dimaksud adalah banjir di empat desa di Kecamatan Balongpanggang dan Benjeng. Kemudian pohon tumbang di beberapa titik di sekitar Makam Maulana Malik Ibrahim, dan di Jl Gubernur Suryo yang sempat memakan korban. Hal ini berdasarkan Kejadian pada bulan Januari.
“Sebenarnya bulan Januari ini, Gresik statusnya siaga. Tapi melihat apa yang telah terjadi satu sebulan ini, kami mengusulkan ke Bupati untuk menaikkan statusnya menjadi darurat,” ujar Abu Hasan, Kepala BPBD Kabupaten Gresik saat ditemui di kantor BPBD jalan Dr Wahidin Sudirohusodo, Selasa 26/1/2016.
Dicontohkan Abu Hasan, pada malam tahun baru lalu sempat hujan deras, di Balongpanggang dan Benjeng sempat banjir meskipun cuma sebentar. Beberapa kali angin puting beliung juga terjadi, dan pohon tumbang juga sering terjadi. Selain itu, tambah Abu Hasan, berdasarkan hasil koordinasi dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), curah hujan di wilayahnya selama bulan Februari-April masih berpotensi sangat tinggi.
“Jadi bencana yang patut diwaspadai selama bulan itu (Februari dan Maret) adalah banjir, puting beliung, pohon tumbang, dan bencana-bencana lain yang muncul sebagai dampak. Sedangkan usulan itu saat ini sudah ada di meja Pejabat (Pj) Bupati Gresik, Akmal Boedianto. Mungkin akan disetujui setelah statu siaga ini berakhir tanggal 31 Januari 2016 nanti,” ujar nya.
Di sisi lain, Abu Hasan mengungkapkan, banjir yang patut diwaspadai di Gresik adalah untuk kawasan yang dialiri Kali Lamong. Mulai dari Balongpanggang, Benjeng, Cerme, Menganti. Dia mengakui jika penanganan banjir di sana sulit diatasi jika hanya mengandalkan pembangunan tanggul. Mulai tahun 2010 lalu sudah disiapkan untuk pembebasan lahan, tapi hingga sekarang tidak ada perkembangan. Bahkan anggaran pembebasan lahan untuk tahun 2015 dikembalikan karena tidak terserap.
Tapi, menurut Abu Hasan, harus ada solusi lain agar banjir akibat Kali Lamong bisa segera diatasi. “Mengeruk sedimentasi tidak terlalu efektif, karena Kali Lamong adalah sungai yang tidak produktif. Setelah dikeruk, beberapa bulan pasti akan dangkal lagi, kandungan lumpur yang dibawa aliran sungai sangat besar,” terangnya.
Ada dua solusi yang diwacanakan Abu Hasan, yaitu memasang pompa di Jembatan Morowudi, Menganti. Atau membuat sudetan di Benjeng ke sungai Manyar. “Saat ini kan Kali Lamong sisi Surabaya sudah dibangun tanggulnya, tinggal melanjutkan sedikit sampai Morowudi. Kemudian dibuat bendungan. Jika ada kelebihan debit, kita bantu dengan pompa. Melalui pompa ini, air dibuang langsung ke laut,” terangnya.
Solusi kedua membuat sudetan, dari Benjeng melalui Metatu, hingga ke Sungai Manyar dekat (jembatan Manyar). Membuat sudetan ini, lanjut Abu Hasan, panjangnya kurang dari 10 kilometer. Tapi menurut nya, solusi yang lebih realiaitis dikerjakan dalam waktu dekat adalah memasang pompa. “Usulan untuk kajiannya sudah saya sampaikan ke Bapelitbangda (Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian, dan Pengembangan Daerah),” pungkasnya.(tik/K1)