Kabargresik.com – Desa Surowiti memiliki peninggalan sejarah Sunan Kalijaga. Banyak cara yang dilakukan masyarakat untuk mengingat dan menelusuri sebuah sejarah, salah satunya “Grebeg Surowiti Sewu Tumpeng” yang diadakan oleh masyarakat desa Surowiti. Kamis (27/10/2016).
Kegiatan yang diadakan oleh pemerintah bersama masyarakat desa Surowiti ini merupakan tahun ketiga, sejak masa jabatan kepala desa yang dipilih 3 tahun yang lalu. Makna “Grebeg” yang dalam bahasa jawa memiliki makna bersama-sama, hal ini dilakukan oleh masyarakat desa dengan kegiatan menelusuri kembali sejarah melalui sedekah dengan menggunakan tumpeng yang dibawa keatas bukit Surowiti dimana banyak jejak Islam disana.
Kegiatan yang dilakukan pada Kamis (27-10-2016) pada pukul 09.00 WIB ini memiliki banyak tujuan. Bukan hanya sekedar mengingat sejarah, namun juga untuk menumbuhkan kembali roh sejarah agama dan para Auliya, pada diri setiap masyarakat.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Sehingga sampai pada nenek moyang serta masyarakat akan menyadari dan mengetahui perjuangan para wali. Karena kemajuan suatu daerah diawali dengan adanya sejarah, dan tidak akan sukses seorang pemimpin yang begitu saja melupakan sejarah.
Seperti yang diungkapkan Khalidul Iman selaku kepala desa Surowiti “membangun daerah tidak akan bisa lepas dari sejarah. Kalau daerah tidak paham tentang sejarah, maka daerah tersebut akan acak acakan”, tuturnya.
Dalam membangun ruh sejarah, maka masyarakat Surowiti melakukannya dengan pembuatan tumpeng sebagai simbol. Karena bentuk tumpeng yang piramid, diharapkan doa yang mereka kirimkan sampai pada Tuhan Yang Maha Kuasa. Selain tumpeng oleh warga desa Surowiti, ada juga warga dari desa tetangga yang berpartisipasi dalam kegiatan ini, seperti Serah dan Sukodono.
Terdapat dua ritual doa yang dilakukan. Pertama, tumpeng yang sudah terkumpul dilapangan desa, kemudian dibacakan doa dan melakukan pemotongan tumpeng tepatnya di situs Pring Silir sebelum dibawa keatas bukit. Sebagai tanda bahwa Sunan Kalijaga pernah bertapa selama 3,5 tahun di tempat tersebut. Selanjutnya masyarakat digiring melakukan kirab menuju bukit dengan membawa tumpengnya, kemudian dibacakan doa kembali. Kali ini untuk memohon keberkahan Tuhan melalui beberapa makam Waliyullah yang ada diatas bukit. Setelah ritual doa selesai, masyarakat saling tukar tumpeng agar saling merasakan. Dan sisa tumpeng yang tidak dimakan, kemudian dibagikan kepada masyarakat yang tidak mampu dan tidak membawa tumpeng. “jadi selain untuk mengingat sejarah dan kirim doa pada para wali, kegiatan ini juga untuk saling bersedekah pada sesama” tambah Khalidul.
Acara yang diadakan setahun sekali ini datangi langsung oleh wakil Bupati kabupaten Gresik Mohammad Qosim. Dalam kesempatan kali ini, beliau menyampaikan bahwa kegiatan seperti ini merupakan tradisi yang perlu dilestarikan. Tanpa mengurangi nilai Islam didalamnya. Seperti kesan wakil bupati yang disampaikan”Karena banyak orang salah arti mengenai kegiatan semacam ini yang dapat kearah musyrik. Maka yang betul itu dengan bacaan doa, sholawat, dan tahlil seperti yang dilakukan di Grebek Surowiti ini”.
Kegiatan Grebek seribu tumpeng ini juga untuk mempromosikan Surowiti sebagai salah satu destinasi desa wisata yang ada di Gresik. Target yang ingin dicapai pada tahun ini adalah ingin menjadikan kegiatan Grebek Surowiti sebagai tradisi pada tingkat Provinsi. Serta dengan harapan yang lebih tinggi pada tahun mendatang, “setelah provinsi, tahun depan kita ingin menaikkan lagi pada tingkat nasional. Dan Insyaallah kita ingin mendatangkan wakil presiden tahun depan”, harap Khalidul yang ditemui sebelum acara. Kegiatan Grebek Surowiti pada tahun ini telah mendapatkan dukungan dari Keraton Solo serta Pemkab Gresik, yang telah mengakui sebagai tradisi yang perlu dilestarikan.
Sebagai kegiatan tradisi, Grebek Surowiti juga sebagai pesta rakyat bagi masyarakat sekitar yang turut suka ria melaksanakannya. Seperti yang diungkapkan Husnul (27) warga desa Surowiti, ia mengaku senang dan bangga dengan kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah desa. Karena selain untuk mengingat sejarah, kegiatan tersebut juga dapat mengenalkan desanya sebagai desa wisata yang telah dirasakan perbaikan fasilitas di desanya. “Sejak kepemimpinan kepala desa yang sekarang, pembangunan Surowiti lebih maju.
Jalan menuju lokasi wisata juga diperbaiki, banyak masyarakat yang senang dengan pembangunan saat ini”, tutur Husnul. Rangkaian kegiatan Grebek Surowiti ini akan ditutup dengan pertunjukan wayang kulit pada malam nanti. Wayang kulit dipilih karena sebagai salah satu seni budaya peninngalan ajaran Sunan Kalijaga. (Linda/mg2/t ik)