Gapitan Mafruhah, Tipis renyah dan Ngangenin

- Editorial Team

Rabu, 21 September 2016 - 17:29 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

gapitKabargresik.com – Siapa yang tidak kenal dengan jajanan tradisional Gapitan yang menjadi tren sebagai suguhan hari raya ditahun 80an. Kini Gapitan masih eksis ditengah gempuran jajanan pabrik. Ditangan Mafruhah (35) warga Sumurber Panceng, gapitan mampu disandingkan dengan jajanan lainnya karena rasa yang berbeda.

 

Gapit panggang atau yang biasa disebut orang gresik sebagai gapitan, adalah salah satu jajanan atau cemilan tradisional yang biasanya hanya tersedia ketika ada hajatan atau saat lebaran saja. Namun semakin berkembangnya zaman, jajanan itu semakin hilang. Melihat pembuatannya yang membutuhkan kekuatan tangan, alasan banyak orang semakin malas untuk membuatnya.

ADVERTISEMENT

ads

SCROLL TO RESUME CONTENT

Bahan bahan untuk membuat gapit panggang ini sebenarnya terbilang sederhana dan mudah didapatkan. Hanya membutuhkan bahan tepung ketan, santan, dan garam. Cukup dengan mencampurkan bahan menjadi satu, dan menguleninya hingga sedikit kalis. Adonan yg sudah siap bisa langsung dipanggang dengan alat penjepit yang beratnya kurang lebih 2kg. Dan proses itulah yg membuat orang malas untuk memproduksi gapit panggang. Karena benar benar harus membutuhkan ketelatenan dan kekuatan.

Dimulai dari hobinya membuat jajanan, ibu dua anak ini mulai berinisiatif untuk menjual jajanan dan camilan yang salah satunya gapit panggang. Dengan melihat peluang pasar jajanan yang jarang ditemui gapit panggang, baik di toko maupun pasar. Mafruhah memulai usaha rumahannya sejak 3 tahun yang lalu, di rumahnya desa Sumurber kecamatan Panceng Gresik.

Baca Juga :  Pekerja Ikuti Upacara HUT Ke 75 RI Dengan Hikmat

Alasan utamanya saat memulai usaha adalah untuk menambah penghasilan, selain menunggu kiriman dari suami yang bekerja sebagai TKI di Malaysia. Bekerja diluar negeri yang sudah pasti bayarannya namun tidak pasti turunnya, membuat dia mencari tambahan untuk kebutuhan sehari-hari. “Meskipun perempuan juga pengen punya penghasilan sendiri, meskipun cuma dibuat jajan anak”, jelasnya.

Usaha yang dirintis pribadi ini masih dijalankan sendiri tanpa bantuan karyawan. Dalam sehari biasanya Mafruhah dapat memproduksi gapit sebanyak 30 bungkus. Satu bungkus gapit panggang dengan berat 250gr ini dijual dengan harga 8000,- Rupiah.

Pemasaran jajanan ini, dia (Mafruhah) memilih menitipkan ke toko-toko sekitar rumahnya dan toko di desa lain, seperti desa Siwalan dan Serah. Kini camilan tradisional gapit panggang lebih mudah didapatkan dengan kemasan yang praktis. Pelanggan jajanan ini kebanyakan memang ibu-ibu. Namun mereka mengaku anggota keluarga mereka juga menyukai jajanan ini. Mulai dari anak, suami, bahkan orang tua.

Baca Juga :  Pewarna Tumpah Siapa Yang Dusta

Salah satunya adalah Datin (35), salah satu pemilik toko yang menjual jajanan camilan hasil rumahan di desa Siwalan Panceng. Ia mengaku mendapatkan keuntungan ketika menjualkan gapit panggang milik Mafruhah, “banyak yang nitip jajan di toko saya, tapi yang paling cepet habis ya gapitan ini”, jelasnya. Selain menjualkan di tokonya, Datin juga sering membeli sendiri gapit panggang untuk keluarganya. “Anak saya juga suka makan gapitan” tambahnya.

Saat ini mafruhah sudah memiliki pelanggan tetap di setiap toko yang dititipinya. Tapi ia mengaku masih sering menerima pesanan langsung dari pelanggannya. Biasanya pelanggan yang memesan ke rumah untuk oleh-oleh atau barang bawaan ketika ingin berkunjung ke sanak keluarga. Bahkan bukan hanya gapit panggang, Mafruhah juga menerima pesanan jajanan lainnya mulai dari camilan, kue basah, atau jajanan tradisional yang dibuat seserahan pengantin. “kalau orang yang sudah kenal biasanya langsung kerumah. Jajanan tradisional seperti wingko, juadah, dodol juga banyak yang pesen buat hajatan”, tutup Mafruhah. (linda/mg2/tik)

Follow WhatsApp Channel www.kabargresik.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

EXAMPLEARTICLE
Ini Respon Pengecer Elpiji 3 Kg di Gresik Terkait Kebijakan Kementerian ESDM
Pengecer LPG 3 Kg Tak Lagi Terima Distribusi dari Pertamina
Ratusan Anggota Koperasi KSPPS NU Dukun Hadiri RAT Ke-9 dengan Semangat dan Harapan Besar
Kementerian BUMN Dukung Penuh Pelindungan Pekerja Migran Indonesia
Petrokimia Gresik Raih Apresiasi DPRD Gresik atas Kontribusi APBD dan Program Santri Makmur
Youth Economic Summit 2024 Bahas Transformasi Digital dan Ekonomi Hijau
Kacang Nepo: Produk Unggulan Desa Nepo yang Makin Mendunia
Berita ini 20 kali dibaca
Tag :

Berita Terkait

Selasa, 4 Februari 2025 - 06:52 WIB

EXAMPLEARTICLE

Sabtu, 1 Februari 2025 - 21:24 WIB

Pengecer LPG 3 Kg Tak Lagi Terima Distribusi dari Pertamina

Sabtu, 1 Februari 2025 - 20:58 WIB

Ratusan Anggota Koperasi KSPPS NU Dukun Hadiri RAT Ke-9 dengan Semangat dan Harapan Besar

Sabtu, 25 Januari 2025 - 06:48 WIB

Kementerian BUMN Dukung Penuh Pelindungan Pekerja Migran Indonesia

Jumat, 24 Januari 2025 - 21:48 WIB

Petrokimia Gresik Raih Apresiasi DPRD Gresik atas Kontribusi APBD dan Program Santri Makmur

Berita Terbaru

Muhammadiyah Gresik

Peringatan Isra Miraj di Spemia: Bangun Mental Tangguh ala Generasi Z”

Selasa, 4 Feb 2025 - 10:41 WIB

BISNIS

EXAMPLEARTICLE

Selasa, 4 Feb 2025 - 06:52 WIB

Muhammadiyah Gresik

Ustadz Abdul Basith: “Kesalehan Bukan untuk Merendahkan Orang Lain”

Selasa, 4 Feb 2025 - 01:40 WIB