Kabargresik.com – Dua santri peserta Musabaqoh Kitab Kuning (MKK) zona VI Gresik, Lamongan, Tuban dan Bojonegoro dapat hadiah umroh. Dalam semifinal di Pondok Pesanten Ihya Ulum Dukun, Gresik, keduanya meraih berhasil menjadi yang terbaik.
Di kelompok santri katagori Fathul Qorib dimenangkan Sholihan dari Ponpes Mambaul Falah Kecamatan Tambak, Bawean. Sedangkan kelompok santriwati dimenangkan Ponpes Alfattah Siman, Sekaran, Lamongan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Selain mendapat hadiah umroh secara pribadi dari H Jazilul Fawaid, anggota Komisi III DPR RI Fraksi Kebangkitan Bangsa (FKB), keduanya juga berhak ikut bapak final MKK yang digelar di Jakarta.
Ketua Dewan Koordinasi Cabang (DKC) Garda Bangsa Sholihuddin Alayyubi selaku panitia lokal mengatakan, hadiah umroh untuk pemenanh MKK zona VI itu merupakan inisiatif Jazilul Fawaid. Tujuannya memberikan semangat peserta agar lebih keras lagi belajar, sehingga saat babak final mampu menang.
“Kami panitia lokal MKK zona VI sempat dibuat terharu pemenang, saat kami umumkan bakal mendapat hadiah umroh, keduanya sempat berkaca-kaca karena bahagia,” ungkapnya di sela-sela penutupan kemarin malam.
Demi menyemarakkan kegiatan semifinal MKK zona VI di Ponpes Ihya Ulum Dukun, juga digelar Sarasehan Deradikalisasi Berbasis Pesantren. Hadir sebagai pembicara Jazilul Fawaid, perwakilan Polres dan Kodim 0817.
Jazil Fawaid yang didapuk sebagai keynote speaker, mengupas tentang pentingnya peran pesantren dalam menangkal gerakan radikal. Bahkan, kitab kuning yang menjadi literatur wajib di pesantren, dinilainya menjadi penawar sikap-sikap radikal.
“Kitab kuning itu merupakan karya para ulama dan di dalamnya ada materi tentang hidup. Bahkan, pesantren merupakan lembaga pendidikan yang mengembangkan paham Islam rahmatan lil alamin,” katanya.
Sedangkan KH Machfud Ma’sum selaku pemangku Ponpes Ihya Ulum memgakui, bila gerakan radikal bisa mengancam keutuhan negara kesatuan Indonesia. Karena itu, perlu terus dilakukan antisipasinya, hingga dapat dilokalisir dan tidak berkembang.
“Kami sangat mendukung bila ada upaya untuk melibatkan pesantren dalam mengantisipasi paham-paham radikal di Indonesia. Apalagi, pesantrn di Indonesia iti keberadannya sebelum Indonesia merdeka, sehingga tidak perlu lagi diragukan sikap nasionalisme pesantren NU,” pungkasnya.(tik)