Kabargresik_ Rencana kenaikan iuran Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan pada April mendatang ditanggapi beragam oleh warga Gresik.
Solikan. Warga Dahan rejo Manyar saat mendaftarkan keluarganya di kantor BPJS di komplek Ruko Green Garden Jl Wahidin Sudiro Husodo tidak memasalahkan kenaikannya, asal pelayanan di Rumah Sakit Rujukan tidak berbelit dan ramah.
“Naik gak masalah, asal pengawasan dilapangan di perketat terutama pelayanan faskes ke dua,” ujar Solikan.
Di faskes ke dua (Rumah sakit rujukan) pasien BPJS sering mendapatkan perlakuan tidak mengenakkan dari pihak rumah sakit, terutama di beberapa rumah sakit swasta. Kasus yang sering terjadi adalah pihak pasien disuruh menyiapkan uang jaminan penanganan salama di rumah sakit dengan alasan Dikhawatirkan uang pertanggungan dari BPJS kurang.
Solikan juga menyayangkan jam pendaftaran yang hanya dibatasi jam 13.00 Wib. Padahal biasanya waktu luang untuk orang kerja pada saat istirahat.
“Jam pendaftarannya itu lho yang harus ditinjau lagi,oramg kerja itu bisanya kan saat jam istirahat, tapi saat datang pelayanan pendaftaran sudah tutup” pinta Solikan.
Menaggapi keluhan masyarakat terkait pelayanan dilapangan, kepala cabang BPJS Kesehatan Gresik, Galih Anjungsari saat dikonfirmasi menyatakan pihaknya sudah berusaha untuk memberikan yang terbaik. Diantaranya dengan memberikan beberapa sanksi administrasi kepada pihak rumah sakit yang nakal.
“Kami sudah berusaha yang terbaik, bagi rumah sakit yang nakal kami berikan peringatan tertulis, tapi kalau masih nakal ya akan kita putus,” ujar Galih.
Namun, banyaknya keluhan masyarakat terkait layanan Faskes 2, pihak BPJS juga tidak punya keberanian untuk memutus kerjasamanya dengan pihak rumah sakit. Terkait peringatan yang sampai 3 kali, Galih juga tidak merinci jumlah dan rumah sakit mana saja yang nakal.
Selain pelayanan Faskes 2 yang sering menyebalkan, saat pendaftaran pun kini peserta BPJS tidak mendapatkan Id yang layaknya kartu asuransi, saat ini peserta baru malah mendapatkan kartu identitas berupa kertas print hitam putih.
Terkait masalah kartu yang hanya kertas print, Galih punya pendapat lain.
“Untuk kartu peserta yang baru kemang pakai E-id karena alat printer Id dipakai ngeprint PBI,” jelas Galih.
Belum ada rumah sakit yang diputus kerjasamanya, tapi yang diberi peringatan tertulis ada,” terang Galih. (Tik/k1)