kabargresik.com – Muhammad Arif (11) bocah laki laki warga Perumahan Cerme Bumi Apsari Blok II/16, Desa Ngabetan, Cerme, Gresik hanya mampu membujur dikasur kusut di rumahnya. Arif (biasa warga memanggil) terasa berat kalau duduk mapun berdiri sendiri.
Ia harus melawan penderitaan akan penyakitnya hidrosefalus sehingga tidak bisa beraktivitas seperti anak pada umumnya. Tubuhnya kurus kering dengan kepala membesar dan hanya bisa tidur terlentang tak seperti bocah seusianya. Putri pasangan Sujarwo (50) dan Sriati (45) hanya dibiarkan tergeletak begitu saja didalam rumah dan tidak bisa berbuat banyak. Saat ditemui di kediamannya, di dalam rumah hanya ada Sriati, Arif, dan salah seorang putri Sriati.
“Bapaknya masih kerja, mangkal becak motor di perumahan Bunder Gresik kira kira pulang jam 10 malam” Kata Sriati, Rabo (4/1)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Saat memasuki halaman rumahnya, terlihat beberapa buah becak mangkrak berada di halaman rumah yang meski di dalam komplek perumahan terlihat kumuh. Di dalam rumah juga demikian kondisinya, Arif sang penderita Hidrosefalus hanya dibiarkan begitu saja ditidurkan di atas kasur yang terletak di ruang tamu.
“Ini Arifnya tidur disini, kalau tidur didalam kamar tidak mau soalnya tambah nangis karena panas. Kalau makan ga susah, apa saja mau dan kalau mandi kita mandikan diluar rumah, Cuma ga bisa lama lama soalnya Arif suka pusing kalau kelamaan” Kata Sriati.
Sriati kemudian menceritakan perihal sakit yang di derita putra ketiganya ini bahwa kondisi pembesaran kepala ini sudah sejak awal lahir dan mengetahui adanya kelainan, dokter di rumah sakit langsung menyarankan untuk operasi dengan biaya 50 juta.
“Kondisi Arif ini sudah sejak lahir di rumah sakit. Saat tau kepalanya besar, kami diminta uang 50 juta untuk operasi Arif, ya kami sekeluarga menolak karena tidak ada biaya segitu sementara ayah Arif Cuma narik becak dengan penghasilan hanya 50rb sehari sedangkan saya hanya ibu rumah tanggas, akhirnya kami bawa pulang saja Arif ke rumah” cerita Sriati.
Setelah dibawa pulang, Arif hanya dirawat begitu saja sama seperti bayi pada umumnya padahal kondisi kepala Arif kian membesar. Beberapa tetangga kemudian menyarankan untuk berobat alternative namun tidak membuahkan hasil.
“Pernah disarankan tetangga ke Alternatif tapi ga ada hasilnya dan saya hanya bisa pasrah dan saya rawat seadanya” terang Sriati.
Sriati mengatakan bahwa beberapa perawat desa sempat pula menjenguk Arif dan memantau perkembangannya namun mereka tidak bisa berbuat banyak dan hanya sekedar memantau perkembangan Arif.
“Beberapa perawat dari Puskesmas sempat kesini tapi ya hanya melihat lihat saja, kalau bantuan dari pemerintah ya hanya setahun sekali itu Cuma mie instan, sembako dan lain lain” Kata Sriati.
Ditanya perihal kepemilikan kartu miskin, BPJS, dan lain lain, Sriati mengaku tidak punya dan tidak pernah di daftarkan. Sriati Cuma bisa berharap agar Arif bisa cepat sembuh dan hidup seperti anak anak pada umumnya. (tik)