Kabargresik.com – Meskipun memimpin sebuah Desa yang terletak paling ujung barat daya kabupaten Gresik, tak membuat seorang Sunarti patah arang dan ketinggalan informasi untuk berusaha memberdayakan warganya.
Di bawah kepemimpinannya, Desa Jombangdelik Balongpanggang yang memiliki kurang lebih 1.625 Jiwa mampu menjadi perhatian dengan produk kerajinan anyaman yang tengah diburu para pecintanya.
Saat ditemui di rumahnya Senin (2/01), ia mengaku telah berhasil mengumpulkan 15 warganya yang memiliki kreatifitas menganyam untuk diberangkatkan ke Bangkalan demi belajar lebih spesifik tentang kerajinan tersebut selama 1 minggu penuh.
“ Awalnya kan ada undangan dari rekan di DPRD, maksudnya untuk ikut pelatihan anyaman dari Dinas Koperasi dan UMKM. Lha, saya cari beberapa orang dari warga yang punya keahlian menganyam khususnya. Akhirnya ketemulah itu 15 orang, mereka saya kirimkan belajar lebih dalam.” Ujarnya.
Lebih lanjut perempuan yang dulunya mantan aktivis ‘Aisyiyah itu juga mengungkapkan kekecewaannya pada program pelatihan dari pemerintah yang hanya sebatas sekali pertemuan saja. Dirinya mengaku bahwa pelatihan yang diadakan oleh pemerintah terkait terkadang tidak ada follow up yang serius, sehingga tujuan dari adanya pelatihan itu terkesan tidak kesampaian. “ Iya saya tentunya sangat menyayangkan pelatihan dari pemerintah yang cenderung hanya sekali saja, tidak ada pelatihan yang intensif dan pendampingan yang berkelanjutan. Alhasil kalo semacam itu kan setelah pulang dari pelatihan ya sudah hilang ilmunya praktiknya kurang” tandasnya dengan muka penuh kekecewaan
Hal senada juga dirasakan Supeni Ketua kelompok Anyaman Jombangdelik berseri. Ia mengaku bahwa sepulang dari pelatihan di Bangkalan, ia dan kelompoknya sangat antusias memproduksi anyaman berbagai bentuk mulai dari tas jinjing, dompet, serta hantaran untuk hajatan. Namun, lanjut Supeni hal itu mengalami kemunduran setelah secara perlahan pihak dari Bangkalan mulai melepas secara perlahan order yang biasanya diberikan. “ Kalau biasanya order 300 – 500 per minggu, kadang dibawa pameran ke hotel – hotel atau luar negeri. Beruntungnya kita, yang pesan kadang kasih modal dulu. Karena dari kita kan ndak ada modal sama sekali. Nah, semenjak tidak ada order kaya gini akhirnya ya jarang produksi. Mau produksi ngak ada modal, kalau uda produksi terkendalanya di pemasaran.” Katanya.
Kedepan, Sunarti yang juga ibu dari 2 anak tersebut akan terus berusaha untuk mencari jalan keluar bagi kelompok anyaman tersebut. Menurutnya, jika nanti memang tidak ada pendampingan atau bantuan dari dinas terkait untuk pengembangan. Maka dirinya akan mencoba mengalokasikan modal usaha dari Dana Desa untuk tahun 2017. “ bagi ibu-ibu ya lumayan mas untuk pemasukan bulanan, terlebih bagi kita yang letaknya jauh dari perkotaann semacam ini ya mau kerja apa kalau ndak usaha semacam ini” tutupnya. (Eko/J1)