Kabargresik.com – Jangan harap Anda bisa menyaksikan tayangan TV saat jam belajar malam di desa Lowayu Dukun. Karena desa ini menerapkan Perdes Matikan TV. Dan hasilnya sangat dahsyat. Warga usia belajar makin meningkat kualitasnya.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Hal tersebut di atur dalam Perdes Lowayu nomer 03 tahun 2014 tentang penyelenggaraan desa berwawasan pendidikan dengan mengajak masyarakat untuk mematikan televisi ketika jam belajar, menurut Muhammad Yato kepala desa Lowayu. Perdes tentang mematikan televisi ini berawal dari keprihatinannya dengan tayangan televisi yang tidak mendidik dan itu di tayangkan di jam belajar. “pemerataan dan kepedulian nyata seperti ini perlu di lakukan dan mematikan televisi di jam belajar akan evektif untuk belajar siswa’’ tuturnya. Selasa (22/11/2016).
Dalam pelaksanaannya pemerintah desa Lowayu Dukun menggelontorkan 60 juta per tahun guna mensukseskan program ini, dengan melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan membujuk warga secara preventif untuk menyadarkan pentingnya belajar bagi siswa. pihak desa juga bekerjasama dengan Mapolsek Dukun untuk mensuksesakan program ini dengan menerjunkan anggota polisi untuk memantau warga yang masih melanggar Perdes tersebut.
Dalam pelaksanaan Perdes terkait mematikan televisi di jam belajar tak semerta-merta langsung di setujui oleh masyarakat, banyak pro dan kontra yang terjadi di masyarakat. ‘’awalnya kita melakukan percobaan selama 6 bulan, kami mengajak seluruh elemen masyarakat untuk mensukseskan Perdes ini dan alhamdulillah berhasil sampai sekarang’’ lanjut Yato.
Ia berharap dengan adanya kebijakan desa seperti ini, nantinya Lowayu ingin melanjutkan mencetak generasi yang berpendidikan yang sukses seperti Sambari Bupati Gresik, anggota DPRD, dan tokoh PBNU yang kesemuanya lahir dan di besarkan di Desa lowayu, ‘’kami berharap dengan adanya Perdes ini bisa melanjutkan tradisi mencetak orang-orang besar yang lahir dari Desa Lowayu’’ ucap lurah alumnus Pertanian Universitas Trunojoyo Madura tersebut.
Dengan berjalannya Perdes ini, Terhitung di desa Lowayu terdapat 66 bimbingan belajar dan 3 pesantren. Serta pemerataan pendidikan mulai berkembang pesat.
Respon warga pun sangat baik terkait Perdes larangan menonton televisi ketika jam belajar, menurut penuturan Robiatul Adawiyah (21) bahwa awalnya tidak bisa menerima perdes mematikan televisi ketika jam belajar berlangsung tetapi lambat laun ia menyetujui dan mendukung ’’ perdes ini sangat baik bagus walaupun awalnya susah di terima oleh masyarakat, tetapi semua warga mendukung dan antusias karena program tersebut secara tidak langsung bisa mengajarkan kepada warga untuk menghargai dan mendukung untuk selalu menuntut ilmu’’ tutupya. (Akmal/k1)