kabargresik.com – Direktur Stasiun Pengisian Bahan Bakar Elpiji (SPBE) PT. Tiga Sejahtera Bersama, Iwan Koerniawan satu setengah tahun terakhir ini bereksperimen mengembangkan padi jenis pandan wangi di area sekitar SPBE miliknya yang terletak di Desa Setrohadi, Duduk Sampeyan, Gresik.
Pria lulusan Swinburne University Melbourne, Australia, Jurusan Computing and Physics itu termotivasi untuk mengembangkan jenis padi yang umumnya ditanam di daerah Jawa Barat, khususnya Cianjur tersebut karena jenis padi pandan wangi memiliki beberapa kelebihan dibanding jenis padi lainnya.
“Pertama bulir berasnya bulat dan panjang, lalu baunya harum khas wangi pandan. Kemudian warna berasnya putih dan tidak kusam. Dan yang paling istimewa dari jenis beras ini adalah pulen dan gurih.” Ucap pria kelahiran Pare, Kediri ini.
“Selain memang pulen dan gurih, aroma pandannya membuat beras pandan wangi menjadi jenis beras terbaik.” Tambahnya.
Sejauh ini eksperimen yang dilakukan oleh Iwan bersama petani di Desa Setrohadi, Kecamatan Duduk Sampeyan, Gresik, sudah mulai menampakkan hasil. Banyak petani di Desa Setrohadi ini yang beralih menanam padi dari jenis ciherang menjadi jenis pandan wangi.
Misal dalam panen bulan Agustus ini, ada petani yang bisa memanen 7 ton padi pandan wangi untuk setiap hektarnya. Akan tetapi semua itu masih membutuhkan proses untuk mencapai hasil yang lebih maksimal. Salah satu kendala yang saat ini timbul adalah pertumbuhan batang padi pandan wangi cukup tinggi. Sehingga ketika saat hujan yang disertai angin datang maka padi-padi tersebut menjadi mudah roboh.
Permasalahan inilah yang hingga kini masih terus diteliti oleh Iwan agar nantinya bisa ditemukan solusi yang tepat. Saat ini dengan dibantu oleh Hanny Bimantara, rekan kerjanya yang merupakan lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB), Iwan terus mengevaluasi dan mencari solusi agar tanaman padi pandan wangi yang ditanam dapat menghasilkan hasil produksi yang optimum, dengan target minimal 8 ton per hektar.
“Saya optimistis pasti ada solusinya. Saya akan menerapkan pola tani kembali ke basic, dengan mengaplikasikkan pupuk tunggal, yaitu pupuk urea, phospate, dan KCL sesuai dengan anjuran yang ada di buku-buku panduan pertanian. Dan ini akan coba saya terapkan pada musim tanam berikutnya,” jelas Iwan.
Iwan berharap eksperimen yang dilakukannya ini bisa berhasil. Sebab jika berhasil maka petani bisa lebih diuntungkan karena harga beras pandan wangi dipasaran umumnya lebih mahal dibanding jenis beras lainnya.
“Saya fokus mengembangkan di Desa Setrohadi dulu. Nantinya jika berhasil saya berharap bisa menjadi inspirasi bagi para petani di desa-desa sekitarnya. Semoga eksperimen saya ini nantinya bisa bermanfaat bagi masyarakat Setrohadi pada khususnya dan masyarakat Gresik pada umumnya,” harap Iwan. (Efendi/k1)