Kabargresik_ Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) bekerjasama dengan Front Nahdliyin menggelar sekolah agraria di pondok Nurul Ulum Giri Kebomas Gresik.
Kegiatan tersebut berlangsung 28-31 Januari 2016, dan di ikuti sekitar 50 peserta dari pelbagai komisariat PMII di Kabupaten Gresik dan pemuda Gresik diantaranya karang taruna desa Wedoro Anom Driyorejo Gresik yang tanah didesanya bersengketa dengan Kodam V Brawijaya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Menurut Budi Arianto ketua pelaksana mengatakan, kegiatan ini bagian dari PMII Gresik untuk menyiapkan kadernya dalam menghadapi MEA dan industrialisasi di Kabupaten Gresik. Dia menilai selama ini konflik pertanahan di Gresik sangat masif dan kompleks.
“Gresik sebagai kota industri sangat berpotensi konflik pertanahan, apalagi menghadapi masyarakat ekonomi asia kita tidak mau tanah pribumi dikuasai orang asing.” Kata Budi yang juga menjabat ketua bidang eksternal PMII Cabang Gresik.
PMII Gresik menggandeng Front Nahdliyin, karena ormas yang terdiri dari santri-santri dan sudah tersebar di 7 kota di Indonesia ini dalam dua tahun terakhir rajin melakukan advokasi terhadap konflik tanah yang ada di Indonesia diantaranya kasus warga dengan Semen Indonesia di Rembang dan juga Lapindo di Sidoarja.
Fayyadl, sekretaris Front Nahdliyin berharap, dari sekolah agraria ini peserta mendapatkan pengetahuan tentang berbagai persoalan tentang agraria dan bagaimana penyelesaiannya.
“Melalui pembelajaran bersama ini nantinya bisa berguna dan bermanfaat bagi semua, sahabat-sahabat PMII bisa melakukan advokasi dan menjadi solusi masyarakat yang tanahnya bersengketa.” ujar Fayyadl yang juga dosen UGM Yogyakarta.(A Ghofar/K1)