Kabargresik_ Pada akhir pementasan Parade Teater SMA NU 1 Gresik, Teater Nusa tampil memukau dengan mengangkat Naskah yang berjudul Pasir besutan Dicky Panca Aulia. Dalam Naskah Pasir itu diceritakan Tentang seorang anak bernama Sudirman yang menuntut kasih sayang ibunya. Ibunya sendiri adalah seorang janda sekaligus wanita karir yang memiliki bisnis butik yang terkenal.
Sudirman yang merasa seringkali mendapati ibunya bersenang-senang seperti berpesta dan bergumul dengan “tante-tante girang”, membuat Sudirman geram sehingga melakukan upaya pemberontakan melalui sikap membangkang dalam kesehariannya. Pembangkangan yang dilakukan Sudirman antaralain seperti aktivitas sekolah yang sering bolos, menumpuk hutang di warung makan, bahkan rasa acuh kepada ibunya itu membuatnya menjalin percintaan di masa remajanya.
Ibu Sudirman yang memergoki surat cinta milik Sudirman yang tertinggal di meja ruang tamu membuatnya langsung marah besar. Saat Sudirman pulang sekolah cekcok tak terhindarkan. Sebagai akhir dari cerita tentang Pasir ini, Sudirman kemudian pergi meninggalkan Ibu dan rumahnya. Namun sebelum Sudirman pergi, dia sempat mengucapkan endapan perasaannya kepada ibu dan kehidupannya,
“Kita seperti pasir, butir-butirnya tercerai-berai. Ketika diterpa dan dihantam gelombang, butirnya ada yang terdorong ke tepi ada pula yang terseret gelombang, kalau saya boleh memilih, saya bukan gelombang, saya bukan pasir yang lemah ketika diterjang ombak, saya bukan pula karang yang kokoh, namun perlahan hancur dikikis gelombang” kata Sudirman meningalkan Ibunya yang sibuk dengan karirnya sendiri. (Chidir)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Editor: sutikhon