Mentari menampakkan dirinya dengan sempurna, menyinari seluruh dunia. Pagi ini begitu cerah, membuat kesan yang bersemangat bagi siswa-siswi SMP Mulia.
Pada hari ini, tepat pada tanggal (16/10/2024) siswa-siswi SMP Mulia menghadiri pelatihan kepenulisan dengan bimbingan Ibu Dewi Muzdalifah. Begitu berseri wajah mereka, seakan tak sabar menerima materi yang diberikan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Langkah kaki mereka terhenti pada Aula Perguruan Muhammadiyah Bungah. Suara-suara mereka saling bersahutan, sembari menanti kedatangan Ibu Dewi dengan antusias.
Wanita itu memasuki ruangan Aula Perguruan Muhammadiyah Bungah, dengan senyum yang sehangat mentari pagi. Kedatangannya disambut dengan ramah oleh mereka. Rupanya, ialah Ibu Dewi, seseorang yang akan melatih mereka hari ini. Dengan rinci, ia memaparkan materi bagi siswa-siswi SMP Mulia.
“Menjadi penulis itu membutuhkan imajinasi, untuk membuat cerita kita menjadi lebih rinci sesuai apa yang kita inginkan, sehingga tak harus sesuai dengan realitanya. Kita juga harus menggunakan otak produktif baru otak kritik, agar kita bisa menulis dengan percaya diri,” ungkapnya.
Ia juga membacakan sebuah cerpen karangannya, lalu meminta siswa-siswi untuk menyebutkan apa pesan yang mereka dapatkan. Ia menjelaskan, bahwa sastra adalah tulisan yang memiliki pesan berbeda-beda bagi setiap orang.
Waktu demi waktu berlalu. Tangan-tangan mereka mulai bergerak, menuliskan sesuatu diatas kertas. Waktu yang diberikan adalah 15 menit, tentunya cukup bagi mereka untuk mengarang sebuah paragraf.
Tak lama kemudian, Ibu Dewi menyuruh mereka maju untuk menyampaikan cerpen buatan mereka. Dengan berani dan percaya diri, beberapa orang mengajukan diri untuk tampil didepan.
Sorot mata kagum datang dari tatapan Ibu Dewi dan siswa-siswi SMP Mulia yang lain. Suara tepukan tangan begitu lantang terdengar. Mereka bertiga mulai menggerakkan bibirnya, bercerita tentang cerpen yang sudah dibuat.
Ibu Dewi mengambil sebuah tas kecil yang berisi hadiah sederhana untuk mereka. Diberikannya tas-tas itu bagi siswa-siswi yang berani untuk maju, dan mereka menerimanya dengan hati yang senang.
Seusai ketiga anak itu kembali duduk, Ibu Dewi memperoleh penghargaan dari kepala sekolah SMP Mulia. Sertifikat itu jatuh ke tangannya, menjadi miliknya.
Hingga tibalah waktu bagi mereka untuk berpisah. Siswa-siswi SMP Mulia melangkahkan kakinya, hingga tiba di tempat yang dekat dengan dimana Ibu Dewi berdiri. Suara jepretan kamera terdengar, mereka sedang berfoto bersama untuk mengabadikan memori.
Penulis
Diva Aulia Qudsi
Siswi kelas 9
SMP MULIA
Muhammadiyah 5 Bungah.