Girimu.com — Outing class menjadi media efektif dan efisien dalam pembelajaran yang bukan didasarkan dari teori saja, tapi juga praktik di lapangan secara langsung. Ini merupakan metode belajar yang menyenangkan dengan mengajarkan kepada siswa untuk lebih dekat dengan alam dan lingkungan juga budaya yang ada dalam masyarakat.
Pembelajaran dalam program outing class bertujuan memberikan keterampilan dan keahlian dasar tertentu sebagai sarana menumbuhkan kreativitas siswa. Banyak sekolah yang melaksanakan outing class di bumi perkemahan (outbond), tempat bersejarah, industri dan lain sebagainya. Kali ini SMK Muhammadiyah 3 Gresik (MATIG) memilih untuk mengirimkan anak didiknya mengikuti outing class dalam kegiatan festival seni internasional yang bertempat di Pacitan, Jawa Timur, dengan tajuk Pelem Festival #5.
Acara dua tahunan itu digelar sejak 2016 dengan menampilkan artis/seniman lokal, nasional, maupun internasional. Di antaranya dari Surabaya, Gresik, Bandung, Indramayu, Bali, Pacitan, Banyuwangi, Solo, Yogyakarta, juga Jakarta. Selain itu, ada seniman internasional, di antaranya dari Australia, Hongkong, dan Malaysia.
Siswa yang mengikuti outing class dalam kegiatan itu bertugas sebagai volunteer sekaligus berperan sebagai perfomance artist. Pelem Festival #5 tahun ini berlangsung pada 23-27 Juli 2024 lalu, bertempat di desa Pelem, Kecamatan Pringkuku, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur.
Outing class yang merupakan gabungan dari tiga mata pelajaran (mapel) sekaligus, yaitu Seni Budaya (yang diampu oleh Syams Arifin, SPd), DKV diampu oleh Rahma Febrianti, SPd, dan pelajaran PKK yang diampu oleh Yarkam, SE itu bertujuan mengasah kemampuan siswa di bidang manajemen, seni, video/fotografi, dan usaha di bidang seni.
Memang, itu semua di luar bidang ilmu kejuruan yang ditempuh anak didik. Namun, dengan bakat-minat serta kemampuan anak-anak di bidang seni, sayang sekali jika dibiarkan begitu saja. Maka dari itu, SMK MATIG ingin terus mengembangkan potensi anak didiknya sesuai bakat-minat yang dimiliki, salah satunya di bidang seni.
Muhammad Dafa Aprilianto, siswa kelas 11 jurusan Teknik Instalasi Tenaga Listrik (TITL), mengaku sangat antusias sekali mengikuti dan terlibat langsung dalam Pelem Festival. Alasannya, karena dari event itu dapat belajar ilmu kelistrikan di luar kelas dan yang dipelajari tentang kelistrikan lampu untuk kebutuhan pertunjukan/panggung. Menurutnya, sangat berbeda dengan apa yang didapatnya di sekolah. Bersama lighting designer profesional dari Yogya, Eko Sulkan, ia ikut andil dalam merangkai seluruh lighting yang dibutuhkan selama acara berlangsung.
Berbeda dengan Dafa, Alif Fachry Abdullah, siswa kelas 11 jurusan Teknik Kendaraan Ringan (TKR) mempunyai pengalaman tersendiri di bidang manajemen.
“Saya mendapatkan pengalaman yang sangat berharga buat diri saya baik dari hal-hal kecil maupun besar seperti, me-manage waktu dengan baik, menjalin komunikasi atau berkoordinasi dengan baik supaya tidak ada miskom dalam manajemen, mengerjakan sesuatu bersama-sama agar lebih cepat selesai,” ujarnya.
Selain itu, ia juga bisa belajar tentang pelestarian kebudayaan kepada masyarakat dengan baik sampai pada mengemas acara berskala internasional dengan panitia yang rata-rata masih mahasiswa dan pelajar. Dan, hal yang terindah adalah ia bisa punya teman baru yang menganggap seperti keluarga sendiri.
Kesan lain juga disampaikan oleh Dwi Andika dan Davin Ardiansyah, siswa kelas 11 jurusan TITL. Mereka mengaku sangat senang saat berada di Pacitan, karena mendapat banyak kenalan dan teman baru, terlebih mengenal langsung seniman nasional dan internasional, seperti Tony Yap (Australia) dan Rithaudin Abdul Kadir (Malaysia).
Rangkaian acara yang mereka ikuti selain sebagai volunteer adalah beberapa workshop, di antaranya terkait tari Condong oleh Geviora (Bali), tari Topeng Srimpen, pembuatan batu bata, masak oleh Aziz Amri (Master Chef 7), tari oleh Bang Din (Malaysia), dan banyak lagi workshop lainnya.
Pada malam puncak Pelem Festival #5, siswa SMK MATIG ini juga tidak mau kalah dengan seniman-seniman lokal, nasional maupun internasional. Mereka turut menampilkan pertunjukan teater yang berjudul ALOK karya Syams Arifin. Sebuah pertunjukan teater yang menceritakan kasus bullying yang kerap terjadi di sekolah dan lingkungan mereka. Ini adalah kali kedua mereka menampilkan pertunjukan ini, setelah sebelumnya ditampilkan di UNESA pada peringatan Hari Teater Sedunia bulan april lalu. (*)
Kontributor: Syams Arifin