Sebuah panggilan masuk di ponsel ibu muda di Jalan Wahidin Sudiro Husodo Gang 28 Randuagung Gresik. Panggilan itu ternyata dari nomor rumah sakit.
Dari sebrang telepon terdengar seorang perempuan yang menanyakan identitas pasien yang pernah di rawat di rumah sakit tersebut.
Ibu muda ini kaget karena yang diminta adalah foto kopi KTP suaminya dan diminta untuk menandatangani formulir yang berkaitan dengan data perawatan pasien Covid 19.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ibu muda yang lahir di Bungah Gresik menolaknya dengan halus, “suami saya tidak kena Covid mbak dan kalau minta KTP suami minta saja langsung ke suami saya,” saut Ibu muda tersebut menjawab telepon dari pegawai rumah sakit.
Suami Ibu muda ini memang sebelumnya sakit ginjal dan periksa di rumah sakit Semen Gresik. Pria yang bekerja di pabrik ini saat masuk rumah sakit dan hanya disarankan untuk rawat jalan, namun karena kondsinya lemah, oleh pihak keluarga minta untuk dilakukan rawat inap beberapa hari.
Setelah sehari dirawat, pasien akan dipindah ke ruang isolasi yang digunakan pasien Covid 19, namun pihak keluarga keberatan,akhirnya pasien meminta pulang paksa.
“Kami minta pulang paksa karena suami mau dicampur sama pasien Covid, padahal suami hanya sakit ginjal,” ujar ibu muda ini.
Dan pasien ini masuk rumah sakit pada Mei 2020 dan data diminta pada Jumat, (17/7/2020). 2 bulan setelah pasien dirawat.
kabargresik.com mengkonfirmasi ke rumah sakit untuk mengklarifikasi kebenaran data tersebut.
Kepada kabargresik.com di ruang tunggu rumah sakit pada Kamis, (23/7/2020) dr Tholib Bahasuan Humas RS Semen Gresik masih belum bisa memberi klarifikasi.
“kami cek dulu datanya ya, nanti saya kasih info lebih lanjut,” ujar Tholib singkat.
pada Jumat (24/7/2020) dr Tholib memberikan klarifikasi melalui pesan WhatsApp bahwa, benar pihak rumah sakit meminta data pasien.
“Hasil telusur team satgas kami, ternyata permintaan itu memang di lakukan oleh bagian verifikasi akhir , bukan saat di layanan,” ujar Tholib.
Saat ditanya kenapa ada permintaan data setelah pasien sudah keluar rumah sakit dalam waktu jedah yang lama. dr Tholib Bahasuan tidak memberikan jawaban pasti. “Untuk kelengkapan data selalu kita konfirmasi akhir” jawabnya.
dr Tholib Bahasuan mewakili pihak rumah sakit meminta maaf kepada keluarga pasien dengan adanya kejadian tersebut. “Mohon maaf atas ketidak nyamanan saat telpon, dan kekurang jelian petugas data dalam melakukan verifikasi data” pintaTholib.
Menurut Tholib data pasien diminta pihak rumah sakit karena akan digunakan sebagai data (Pasien Dalam Pengawasan) PDP.
Saat pandemi memang semua pihak harus lebih teliti dan hati-hati dalam bertindak karena infomasi yang kurang maupun adanya keteledoran informasi menyebabkan kegaduhan. dibutuhkan sense of crisis dari semua pihak. (tik)