Kabargresik_ Majlis Ulama Indonesia (MUI) Gresik dan Lembaga Konsultasi Kesejahtraan Keluarga (LK3) intens memberikan bimbingan terhadap 27 eks Gafatar asal Gresik yang ditampung di gedung Shelter Dinas Sosial Cerme.
Pendampingan dan pembinaan terhadap eks Gafatar sangat diperlukan, agar ketika kembali ke masyarakat mereka bisa diterima dan tidak kembali ke ajarannya semula.
Hal itu di katakan ketua MUI Gresik KH Mansur Shodiq, pendekatan secara personal sangat di perlukan untuk meluruskan ajaran sesuai sengan syariat Islam,”makanya dari kemarin mereka baru datang kita langsung melakukan pendampingan.” Katanya sebelum melakukan diskusi dengan eks Gafatar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
KH Mansur Shodiq menjelaskan dari hasil pendekatan yang sudah dilakukan MUI Gresik mulai dari kemarin, hari ini para eks Gafatar sudah mau melakukan sholat berjamaah, “Alhamdulillah, rencananya setelah diskusi ini mereka mau sholat dhuhur berjamaah,” jelas KH Mansur Shodiq di dampingi pengurus MUI Kecamatan Cerme.
Sama dengan MUI Gresik, Lembaga Konsultasi Kesejahtraan Keluarga (LK3) juga sudah melakukan pendampingan mulai dari kemarin, tetapi LK3 lebih kepada mengembalikan psikologi anggota eks Gafatar, “kondisi mereka pasca dipulangkan dari Kalimantan Barat pasti mengalami trauma apalagi ada pembakaran kampung sebelum pulang.” kata Sofi ketua Lembaga Konsultasi Kesejahtraan Keluarga (LP3).
Sayangnya, waktu pembinaan mereka hanya 3 hari sebelum dipulangkan ke keluarganya masing-masing. Waktu yang sangat pendek untuk mengembalikan kondisi baik spiritual atau psikologi para eks Gafatar, “kita akan terus memantau perkembangan mereka, meskipun sudah dikembalikan ke keluarganya masing-masing.” kata Sofi disela-sela melakukan pembinaan.
Menurut informasi hari ini ada 14 orang eks Gafatar asal Gresik yang dipulangkan, sehingga gedung yang menampung mereka saat ini tidak cukup, kemungkinan ada beberapa eks Gafatar yang sudah bisa diterima keluarganya kembali.
Saat ini kondisi mereka pasca dipulangkan dari Kalbar memang memprihatinkan, karena harta benda mereka sudah habis dijual, bahkan Sahrin eks Gafatar asal Desa Prambangan Kebomas yang berangkat bersama istrinya Hermiyati dan anaknya Arsa yang baru berusia 7 tahun mengaku tidak mempunyai keluarga lagi dan bingung harus pulang kemana.